Wali Kota Makassar, Moh. Ramdhan Pomanto (Foto: Humas Pemkot Makassar)

100 Perwakilan dari 10 Daerah di Indonesia Belajar Bangun Kota Tangguh Bencana di Makassar

Publish by Redaksi on 6 March 2024

NEWS, IDenesia.id - United Cities and Local Governments Asia-Pasific (UCLG ASPAC) melalui proyek Climate Resilient and Inclusive Cities (CRIC) menyelenggarakan panel ahli dan pelatihan tematik, di Hotel Novotel, Kota Makassar.

Kegiatan yang mengangkat tema “Building City Resilience through Triangular Cooperation” ini dihadiri oleh 100 peserta yang terdiri dari perwakilan 10 kota pilot CRIC yakni Bandar Lampung, Cirebon, Samarinda, Banjarmasin, Pekanbaru, Pangkalpinang, Kupang, Mataram, Gorontalo, dan Ternate, serta Makassar yang menjadi tuan rumah.

Sekretaris Jenderal, UCLG ASPAC, Dr Bernadia Irawati Tjandradewi, mengatakan pihaknya memilih Kota Makassar sebagai tuan rumah pelaksana dikarenakan adanya kesamaan konsep visi misi yang diinisiasi langsung oleh Wali Kota Makasar, Moh. Ramdhan Pomanto yakni ingin membangun kota resiliensi yang sombere dan smart city.

Kesungguhan itulah yang dilihat pihak CRIC akhirnya memilih Makassar menjadi rujukan tuan rumah.

“Makassar ini punya konsep yang sejalan dengan yang kami bawa. Karenanya Makassar sudah paham betul bagaimana membangun kota agar bisa bertahan terhadap kejadian yang menekan ataupun bencana,” ucapnya.

Menurutnya, Kota Makassar sudah paham bagaimana membangun kota yang tangguh terhadap bencana seperti banjir, hujan ekstrem, topan badai, puting beliung, kekeringan, urban heat island yang bisa berakibat memperbesar kesenjangan di perkotaan.

“Hal ini menjadikan kota tidak hanya sebagai sumber masalah namun juga bisa menjadi solusi untuk mengatasi dan membangun ketahanan masyarakat untuk mengatasi krisis iklim,” ungkapnya.

Ia menjelaskan kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut mulai 5-7 Maret 2024.

Hari pertama dan kedua, seluruh peserta akan mendapatkan wawasan, praktik, dan pembelajaran dari para ahli yang berasal dari universitas dari dalam dan luar negeri seperti ITB, Unhas, University of Gustav Eiffel, serta berbagai lembaga yang menjadi mitra proyek CRIC yakni pilot4Dev serta AHA Centre.

Tak hanya itu kota-kota yang menjadi peserta ini juga mendapatkan pelatihan guna menerapkan dan mereplikasi tools yang dikembangkan oleh mitra CRIC.

Sementara, Director Of Research University Of Gustav Eiffel, Prof. Youssef Diab, mengungkapkan dialog para ahli dan sesi pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran peserta mengenai tantangan ketahanan dan hubungan antara fase persiapan menghadapi krisis, antisipasi, dan manajemen krisis, hingga fase rekonstruksi.

“Ini menjadi peluang pertukaran pengetahuan antara negara-negara di utara dan selatan. Ini sangat menarik sehingga saya tertarik dengan konteks manajemen resiko di Indonesia. Sehingga, pendekatan serta alat yang diusulkan akan mempertimbangkan interdependensi dan respons terhadap berbagai bahaya,” pungkasnya.

Sekedar diketahui, CRIC didirikan pada tahun 2020 merupakan kolaborasi antara UCLG ASPAC dan mitra, bertujuan untuk mempromosikan pembangunan perkotaan berkelanjutan, tata kelola pemerintahan yang baik, mitigasi iklim, dan adaptasi.

Di Indonesia sendiri sudah ada 10 kota yang menerapkan sistem ketahanan kota yang dibawa oleh CRIC yakni Pekanbaru, Pangkalpinang, Bandar Lampung, Cirebon, Mataram, Banjarmasin, Samarinda, Gorontalo dan Mataram.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross