Lukisan karya Charles Davidson Bell bertajuk Kedatangan Jan van Riebeeck di Tanjung Harapan. (Foto : Wikipedia.org).

6 April 1652 Terbentuknya Cape Town Afrika Selatan

Publish by Redaksi on 6 April 2023

NEWS, IDenesia.id - Pelaut asal Belanda Jan van Riebeeck mendirikan pusat perbekalan di Tanjung Harapan, di ujung paling selatan dari Benua Afrika pada 6 April. Kawasan itu menjadi tempat bagi para pelaut yang melintas untuk menambah bekal dan berkembang menjadi kota bernama Cape Town dan menjadi salah satu ibu kota Afrika Selatan (Afsel).

Cape Town didirikan di utara Tanjung Harapan, dibekas lokasi peristirahatan milik Perusahaan India Timur Belanda, yang saat itu diperuntukan bagi kapal-kapal yang tengah memasuki Teluk Table.

Sejak pertama pendiriannya, pada abad ke-17, Cape Town telah menjadi ibukota resmi Republik Afrika Selatan, dan ibukota dari Provinsi Tanjung. Kota itu juga dikenal sebagai “Kota Induk”, karena fungsinya sebagai pemukiman pertama orang-orang Eropa di Afrika Selatan.

Lokasi Cape Town sendiri berada di antara pegunungan dan laut pada salah satu bagian paling indah dari negara tersebut. Beberapa bagian kota dikelilingi oleh lereng-lereng curam dari Gunung Table, dan pantai Teluk Table. Sementara bagian lainnya berada di dataran rendah di bawah lereng gunung dan memanjang ke selatan hingga ke Teluk False.

Pertumbuhan penduduk di Cape Town sangat pesat, sejak mulai didiami oleh pemerinatah-pemerintahan dari Eropa. Sebelumnya Cape Town hanyalah daerah kecil yang didiami oleh beberapa kelompok masyarakat Afrika yang tingga di antara Teluk Table dan Gunung Table. Kota itu pun tumbuh hingga akhirnya memiliki luas 300 kilometer persegi, dengan penduduk berjumlah lebih dari 1,9 juta jiwa.

Pembangunan di Cape Town disesuaikan dengan kebutuhan orang-orang Eropa yang tinggal di sana. Sehingga banyak bangunan khas Eropa yang didirkan, dan masih dapat ditemukan diberbagai wilayah Cape Town. Di sana terdapat Kastil Harapan Baik, yang dibangun antara tahun 1666 sampai 1679 oleh Perusahaaa India Timur Belanda.

Di Cape Town pun akan ditemukan banyak gedung pemerintahan, dan fasilitas publik lainnya yang bergaya arsitektur Eropa. Gedung-gedung itu mencerminkan gaya Belanda tradisional, yang ditandai dengan atap datar, dan beranda-beranda yang cukup besar.

Pada tahun 1940-an terjadi pemberlakuan sistem pemisahan ras, yang dikenal dengan “Apartheid”. Pada penduduk kulit hitam di Cape Town pun akhirnya dipisahkan dan hanya boleh tinggal di wilayah Guguletu, dan Nyanga West. Peraturan yang sangat ketat pun mulai diberlakukan bagi orang-orang kulit hitam, sehingga terjadi kesenjangan sosial di wilayah Cape Town. Pada 1933, Afrika Selatan mencabut sistem apartheid dan memilih seorang pemimpin kulit hitam, Nelson Mandela.

Orang-orang kulit hitam mulai memasuki kota kembali dalam jumlah yang besar selama tahun 1980-an. Ditandai dengan pembentukan pemerintahan kota Khayelitsha, di bagian Timur Mitchelles untuk menampung para penduduk. Pemindahan orang-orang ke daerah baru itu dilakukan dengan mengahancurkan kamp-kamp liar pada 1986, yang telah memadati beberapa tempat di sekitar Cape Town.

Cape Town akhirnya dapat tumbuh menjadi daerah perekonomian yang sangat baik, hingga saat ini. Kota itu didiami oleh penduduk dari berbagai ras, baik kulit putih maupun kulit hitam. Tempat-tempat umum yang dahulu dipisahkan berdasarkan warna kulitnya pun mulai dapat dimasuki oleh siapa saja.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross