Pada 3 Maret 1947 silam, terjadi pergolakan di wilayah Keresidenan Sumatra Barat, tepatnya di ibu kota Bukittinggi.

Sejarah Hari Ini, 3 Maret; Pemberontakan Bersenjata di Sumatra Barat

Publish by Redaksi on 3 March 2023

NEWS, IDenesia.id – Pada 3 Maret 1947 silam, terjadi pergolakan di wilayah Keresidenan Sumatra Barat, tepatnya di ibu kota Bukittinggi. Di mana pasukan bersenjata yang memiliki relasi dengan laskar Hizbullah, merasa tidak puas dengan kinerja pemerintah. Dengan alasan tersebut, mereka melakukan pemberontakan yang berpusat di markas pemerintahan di Bukittinggi.

Audry Kahin dalam bukunya Dari Pemberontakan ke Integrasi, Sumatra Barat dan Politik Indonesia 1926-1998 (2005), menyebut bahwa kelompok ini di bawah komando Hizbullah Sjamsuddin Ahmad. Adapun pemberontakan ini dilakukan untuk merebut kekuasaan dari pemerintah Republik serta menculik kepala pemerintahan saat itu, Muhammad Rasjid dan Komandan Militer Ismail Lengah.

Akibat insiden tersebut, Polisi Militer (PM) menangkap beberapa tokoh pemimpin gerakan. Anggota laskar pemberontak yang ditangkap pun harus mendekam di penjara, tetapi beberapa hari setelahnya dibebaskan dengan membawa uang dan pakaian.

Pemberontakan yang terjadi pada 3 Maret 1947 disebabkan oleh beberapa faktor, di antara lain adanya perbedaan pelayanan perbekalan antara pasukan tentara reguler Devisi IX Banteng dan perbekalan untuk laskar. Yang mana, perbekalan tentara Devisi IX jauh lebih baik dibandingkan dengan perbekalan milik laskar, yang sama-sama bertugas di Padang Area.

Dikutip dari buku Etnik, Elite dan Integrasi Nasional (2015), pemberontakan yang dilakukan laskar Hizbullah juga dipicu ketidakpuasan mereka terhadap pemimpin perjuangan di daerah bersikap lembek dan tidak becus terhadap Belanda. Hal ini yang kemudian menjadi latar belakang pemberontakan di Bukittinggi, Sumatera Barat.

Sehari sebelum pemberontakan, tepatnya pada 2 Maret 1947, para tokoh dan ulama di Sumatra Barat mengadakan rapat di Padangpanjang. Dalam pertemuan ini, dihadiri oleh Kolonel Ismail Lengah, komandan Divisi Tentara Rakyat Indonesia Sumatera Tengah dan juga Residen Sumatra Barat, Sutan Mohammad Rasjid. Yang mana kedua tokoh tersebut hadir dan memberi sambutan.

Tujuan utama pemberontakan yang dilakukan pasukan bersenjata itu untuk merebut kekuasaan dari pemerintah Republik. Selain itu, laskar Islam juga ingin menculik Residen Muhammad Rasjid dan Komandan Militer Ismail Lengah serta pejabat lainnya.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross