Pangeran Diponegoro (Foto : wikipedia.org).

Sejarah Hari Ini, 28 Maret; Pangeran Diponegoro Tertangkap Dan Diasingkan Ke Manado

Publish by Redaksi on 28 March 2023

NEWS, IDenesia.id - Pada tanggal 28 Maret tahun 1830 terdapat peristiwa dalam sejarah yakni Pangeran Diponegoro tertangkap oleh Belanda hingga akhirnya diasingkan ke Manado, Sulawesi Utara.

Nama Pangeran Diponegoro juga terabadikan dalam berbagai nama jalan dan gedung-gedung megah di kota-kota besar di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan nama besarnya juga turut diabadikan dalam kesatuan komando wilayah TNI. Tak heran jika Pangeran Diponegoro terekam dalam benak setiap warga negara Indonesia di mana pun mereka berada dan dari mana pun mereka berasal.

Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta pada 11 November 1785 tepat sebelum matahari terbit pada hari Jumat Wage 7 Muharram 1200 H. Dalam urutan waktu Jawa, waktu dan tanggal kelahirannya dianggap bertuah. Pangeran Diponegoro merupakan putra sulung Hamengku Buwana III dari isteri selirnya R.A. Mangkarawati.

Semasa kecil, Pangeran Diponegoro bernama Raden Mas Antawirya, sesuai dengan tradisi karena ia merupakan putra raja, maka setelah dewasa diberi gelar Pangeran Diponegoro. Masa kanak-kanak dan remajanya banyak dihabiskan di luar istana, tepatnya di Tegalrejo. Di bawah asuhan Ratu Ageng, isteri Sultan Hamengku Buwana I.

Periode kemunduran Keraton Yogyakarta di bawah pemerintahan Hamengku Buwana II membawa dampak yang sangat besar bagi perubahan budaya serta politik pemerintahan di Jawa. Setelah meninggalnya Hamengku Buwana I, Keraton Yogyakarta mengalami banyak pertikaian terutama akibat campur tangan Belanda dalam urusan kerajaan.

Campur tangan ini membuat Pangeran Diponegoro keluar dari keraton dan mengangkat senjata. Hal ini dilakukan karena turut campur pihak Belanda merupakan hal yang sangat bertentangan dengan hukum adat dan agama yang berlaku. Belum lagi dengan adanya sekelompok bangsawan istana dan pejabat Belanda yang bersikap sewenang-wenang terhadap rakyat.

Pemberontakan Pangeran Diponegoro oleh Sejarawan Belanda disebut Java Oorlog (Perang Jawa) yang merupakan perang melelahkan bagi kedua belah pihak. Perlawanan orang Jawa kemudian banyak diakui sebagai perlawanan yang sangat mengagumkan. Meskipun prajurit Jawa terkesan tampak bodoh dan pemalas, namun kenyataan membuktikan bahwa prajurit Jawa mampu menjadi prajurit yang pemberani, ulet, dan tangguh dalam perang.

Pemerintah Hindia Belanda sangat paham bahwa Perang Jawa hanya akan berhasil jika mereka berhasil menangkap Pangeran Diponegoro. Namun, tentu tak semudah itu karena serangan Belanda ke Desa Jekso pada Juli 1926 berujung kegagalan. Pangeran Diponegoro telah meninggalkan desa tersebut begitu pasukan De Kock datang sebagai mata-mata.

Sejalan dengan itu, pihak Belanda justru semakin gencar mengadakan sayembara besar-besaran untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Sayembara itu berhadiah uang senilai 20.000 gulden.

Maka ketika Jenderal De Kock mendapati laporan bahwa Pangeran Diponegoro dan sisa-sisa pasukannya berada di hutan jati Remojatinegoro, maka dengan sigap ia membuat keputusan yang tak pernah diduga bawahannya. Jenderal De Kock memerintahkan Kolonel Cleerens untuk membujuk Pangeran Diponegoro agar mau diajak berunding.

Tepat pada 28 Maret 1830, setelah bulan puasa berakhir, Pangeran Diponegoro datang ke kediaman residen yang menjadi tempat perundingan. Sang pangeran tak curiga meski pengamanan tampak lebih banyak dari biasanya. Sang pangeran berpikir, karena perundingan dilakukan setelah bulan puasa berakhir, maka ia mengedepankan sopan-santunnya dan berniat melakukan silaturahim.

Meski terkejut dengan akhir perundingan, Gondokusumo, panglima muda sekaligus pengiring Pangeran Diponegoro di Magelang, mengatakan Diponegoro selalu tahu pada akhirnya ia akan ditangkap.

Tempat pengasingan pertamanya adalah Manado, Sulawesi Utara. Namun, Pangeran Diponegoro tak lama berdiam di Benteng Amsterdam. Pihak kolonial memutuskan memindahkannya ke Benteng Fort Rotterdam di Makassar.

Pangeran Diponegoro akhirnya wafat di pengasingan pada 8 Januari 1855. Jenazahnya dikebumikan di makam yang terletak di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Melayu, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross