Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta atau Bandar Udara Cengkareng mulai beroperasi pada 1 April tahun 1985.

Bandara Soekarno-Hatta Mulai Beroperasi Pada 1 April 1985

Publish by Redaksi on 1 April 2023

NEWS, IDenesia.id - Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta atau Bandar Udara Cengkareng dengan IATA penunjuk "CGK", merupakan sebuah bandar udara utama yang melayani penerbangan untuk Jakarta, Indonesia. Bandara ini mulai beroperasi pada 1 April tahun 1985.

Bandara ini terletak di Tangerang, Banten dan beroperasi menggantikan fungsi Bandara Kemayoran di Jakarta Pusat dan Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur yang dikurangi jadwal terbangnya. Kini bandar Udara Kemayoran telah ditutup, sementara Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma masih beroperasi, melayani penerbangan charter dan militer. Terminal 2 dibuka pada tahun 1992.

Bandar udara ini diberi nama sesuai dengan nama dwitunggal tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, yang sekaligus merupakan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pertama. Nama populer dalam masyarakat adalah Bandara Cengkareng oleh karena berdekatan dengan wilayah Cengkareng, Jakarta Barat, meskipun secara geografis berada di kecamatan Benda, Kota Tangerang.

Bandara Soekarno-Hatta di aviasi memiliki kode IATA CGK. Namun masyarakat menyebut tempat ini dengan sebutan Bandara Cengkareng, karena berdekatan dengan wilayah Cengkareng, Jakarta Barat. Meski demikian, secara geografis bandara ini berada di kecamatan Benda, Kota Tangerang, Banten.

Mengutip dari laman jakarta-tourism.go.id, Bandara Soetta dikelola oleh PT Angkasa Pura II (Persero). Bandara ini dibangun dengan luas 2.137,82 Hektar. Di bandara ini juga terdapat tiga terminal yaitu Terminal 1 (Domestik), Terminal 2 (Domestik & Internasional) dan Terminal 3 (Domestik).

Bandara ini dibangun karena Bandara Kemayoran yang awalnya ditujukan untuk penerbangan domestik dianggap terlalu dekat lokasinya dengan basis militer Indonesia, yaitu Bandara Halim Perdanakusuma. Frekuensi penerbangan sipil yang semakin meningkat juga dianggap mengancam kelangsungan lalu lintas internasional maupun kepentingan militer.

Oleh karena itu, pada awal 1970-an, mulailah dicari lokasi yang berpotensi untuk dijadikan bandara baru dengan bantuan United States Agency for International Development (USAID). Di antaranya Kemayoran, Malaka, Babakan, Jonggol, Halim, Curug, Tangerang Selatan dan Tangerang Utara. Sehingga terpilihlah Tangerang Utara sebagai lokasi alternatif.

Bandara ini dirancang oleh arsitek Prancis Paul Andreu, yang juga merancang Bandar Udara Charles de Gaulle di Paris, Prancis. Salah satu karakteristik besar bandara ini adalah gaya arsitektur lokalnya, dan kebun tropis di antara lounge tempat tunggu.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross