Orang-orang berjalan di lokasi wisata jalan Qianmen, di Beijing, China. (Foto :REUTERS/Tingshu Wang).

Darurat COVID-19 Telah Berakhir, Kementerian Kesehatan China: Risiko Tetap Ada

Publish by Redaksi on 9 May 2023

NEWS, IDenesia.id - Meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan berakhirnya status darurat global untuk COVID-19, virus ini tetap berbahaya dan China akan terus memantaunya sambil meningkatkan vaksinasi di antara kelompok-kelompok berisiko tinggi, kata seorang pejabat tinggi kesehatan China.

WHO mengakhiri status siaga tertinggi untuk COVID-19 pada hari Jumat, lebih dari tiga tahun setelah deklarasi awalnya, dan mengatakan bahwa negara-negara sekarang harus mengelola virus tersebut bersama dengan penyakit menular lainnya.

Berakhirnya status siaga ini tidak berarti COVID-19 akan menghilang, tetapi dampaknya sekarang dapat dikendalikan secara efektif, kata Liang Wannian, kepala panel ahli tanggap COVID-19 China di bawah Komisi Kesehatan Nasional, dalam sebuah wawancara dengan media pemerintah CCTV yang diterbitkan pada hari Sabtu 6 Mei lalu.

China akan terus memantau mutasi virus, memperkuat vaksinasi di antara kelompok-kelompok berisiko tinggi dan kelompok-kelompok kunci, serta berupaya meningkatkan kemampuan pengobatan COVID-19, kata Liang.

China mempertahankan toleransi nol terhadap COVID-19 jauh setelah sebagian besar negara mulai hidup dengan virus tersebut, dan baru mulai meninggalkan kebijakan restriktifnya pada akhir tahun 2022.

Pada bulan Februari, para pemimpin tertinggi China menyatakan "kemenangan yang menentukan" melawan COVID-19 dan mengklaim tingkat kematian terendah di dunia, meskipun para ahli mempertanyakan data Beijing.

Pengumuman WHO muncul setelah komite darurat independen untuk krisis COVID-19 sepakat bahwa krisis ini tidak lagi layak mendapatkan tingkat kewaspadaan tertinggi organisasi dan "menyarankan bahwa sudah waktunya untuk beralih ke manajemen jangka panjang pandemi COVID-19".

Namun, bahaya belum berakhir, menurut kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang memperkirakan bahwa COVID-19 telah menewaskan "setidaknya 20 juta" orang - sekitar tiga kali lipat dari hampir tujuh juta kematian yang tercatat secara resmi.

"Virus ini akan terus ada di sini. Virus ini masih membunuh, dan masih terus berubah," katanya.

"Hal terburuk yang dapat dilakukan oleh negara mana pun saat ini adalah menggunakan berita ini sebagai alasan untuk lengah, membongkar sistem yang telah dibangun, atau mengirimkan pesan kepada masyarakatnya bahwa COVID-19 bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan."

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross