Monumen tsunami di Dusun Pancer, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jatim, untuk memperingati tsunami yang menerjang wilayah tersebut pada tahun 1994 lalu. (Foto : KOMPAS.com/IRA RACHMAWATI).

Sejarah Hari Ini, 2 Juni: Banyuwangi Diterjang Tsunami Menyebabkan Ratusan Orang Tewas

Publish by Redaksi on 2 June 2023

NEWS, IDenesia.id -  Sejarah hari ini mencatat pada 2 Juni 1994 atau 29 tahun lalu terjadi tsunami besar di Banyuwangi, Jawa Timur. Tsunami Banyuwangi dipicu gempa bumi di laut itu menyebabkan ratusan orang meninggal dan puluhan lainnya hilang.

Pada 2 Juni 1994 tepat pukul 18.17 WIB, gempa berkekuatan 7,8 skala Richter mengguncang Samudra Hindia. Selang 7 jam sejak gempa bumi terjadi, gelombang tsunami setinggi 13 meter mengguyur pesisir selatan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, gempa besar tersebut bersumber dari zona megathrust. Gempa kemudian memicu tsunami yang melanda Pantai Plengkung, Pantai Pancer, dan Pantai Rajegwesi, Banyuwangi, Jawa Timur.

Daerah paling terdampak tsunami ini yakni di Plengkung, Rajegwesi dan Pancer. Banyak korban jiwa berjatuhan karena peristiwa ini terjadi pada dini hari.

Tsunami tersebut menewaskan banyak orang, hingga Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi, Abdul Kadir, mengaku tak akan pernah melupakan tragedi tersebut yang Kala itu, usianya masih 29 tahun dan sedang menjabat sebagai Kepala Desa Sarongan, salah satu desa terdampak.

Pada saat kejadian, Kadir masih terjaga di rumahnya yang berjarak 3 kilometer dari pantai. Jumat, 3 Juni 1994 dini hari sekitar pukul 01.00 WIB, warganya yang bernama Sujai mengetuk pintu rumahnya berulang kali. Sambil menangis, Sujai melaporkan bahwa wilayah pesisir Desa Sarongan, area Pantai Rajegwesi, diterjang banjir yang merobohkan pohon-pohon. Musim kemarau dan tak adanya hujan saat itu, membuat Kadir tak langsung percaya ucapan warganya.

"Hampir 30 menit saya mikir bagaimana mungkin bisa ada banjir di musim kemarau. Akhirnya saya ambil celurit untuk jaga-jaga dan menuju pantai," kata Kadir dikutip IDenesia.id dari laman Kompas.com, Jumat 2 Juni 2023.

Dilansir dari Kompas.com, Kepala Sub Bidang Analisa Geofisika pada kantor BMG, Taufik Rivai Dea menuturkan, tsunami bisa terjadi akibat subduksi pada patahan normal di lautan. Yakni, anjloknya tepi lempeng yang satu lebih rendah dari tepi lainnya yang berada di bawah daratan. Penurunan permukaan itu menyebabkan permukaan air laut menurun karena sebagian mengisi permukaan yang anjlok. Namun, air tersebut kemudian berbalik menuju daratan bersama dengan gelombang laut di belakangnya. Inilah yang menyebabkan gelombang pasang lebih tinggi dari biasanya.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross