Ilustrasi, permainan dende. (Foto: Promilenial).

Sederet Permainan Tradisional Anak-anak Makassar yang Perlahan Terlupakan

Publish by Redaksi on 25 September 2023

NEWS, IDenesia.id - Banyak permainan tradisional di Makassar, seperti tempat lain di Indonesia, yang mulai dilupakan karena pesatnya perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup. Tak dapat dipungkiri bahwa kecanggihan teknologi membuat terlena generasi saat ini sehingga tak lagi mengenal dan merasakan betapa nikmatnya berbaur dengan sesama lewat wadah permainan lampau. 

Meskipun masih ada beberapa kelompok pelestari budaya yang kerap mengarusutamakan permainan ini agar eksistensinya tak lekang oleh zaman. Dalam artikel ini, IDenesia.id mencoba merangkum dari berbagai sumber, beberapa permainan tradisional masa kecil anak-anak di Makassar, khususnya di era 90-an. 

Cangke. Permainan ini menggunakan dua kayu. Satu panjang seukuran lengan anak-anak dan satunya lagi lebih pendek. Setelah itu kita membuat lubang sedikit memanjang. Anak kayu disimpan di atasnya lalu dicungkil dan dipukul sekuat mungkin agar bisa melayang jauh. Anak kayu yang melayang menjadi penanda permainan ini dimulai.

Permainan ini sebenarnya agar identik dengan kegesitan tangan dan diklaim melatih motorik dan sensorik para pemainnya. Untuk bermain, kita biasanya membentuk dua tim. Dalam satu tim, berisi tiga sampai empat orang. Berikutnya adalah gebok. Permainan yang identik dengan ketangkasan. Permainan ini menggunakan bola kasti sebagai alat utamanya.

Bola digunakan untuk melempar lawan hingga mengenai bagian badannya. Namun sebelum dilempar ke lawan, bola lebih dulu harus dilempar mengenai susunan batu merah atau batu apapun sebagai penanda bahwa pemain itu yang pertama memulai. Memang agak sedikit menyakitkan dan permainan ini lebih banyak diperankan oleh kelompok anak laki-laki. 

Tapi kesakitan inilah yang menjadi keseruan dalam permainan gebok. Kemudian permainan Enggo atau yang biasa dikenal dengan petak umpet. Permainan yang cukup digemari pada masanya. Sederhana dan seru karena kita hanya bertugas untuk bersembunyi di area yang disepakati tak boleh terlalu jauh. Satu orang bertugas untuk menghitung dan matanya harus tertutup. 

Sementara anak-anak yang lain mesti bersembunyi. Bila lengah, anak yang bertugas menjaga tempat pertama yang ditinggalkan bisa kalah karena lebih dulu disentuh oleh anak lain yang bersembunyi namun tak diketahui oleh penjaga. Kemudian ada Dende. Nah permainan dende biasanya dilakukan per individu. Sebelum dimulai kita akan membuat pola.

Seperti kotak-kotak atau anak tangga yang di ujungnya, dibuat garis melingkar bak bulan sabit. Dibutuhkan juga satu buah batu atau biasanya patahan tegel yang datar supaya saat dibuang tak keluar dari garis atau pola yang sudah dibuat. Pemain ini biasanya melompat dari satu kotak ke kota lain dan kembali ke awal. Bila berhasil, pemain ini menandai kotak yang sudah tak bisa diinjak dan mesti dilangkahi oleh pemain lain. 

Terakhir adalah benteng-benteng atau bom atau ase. Untuk memainkan permainan ini biasanya dibuat dua tim yang terdiri dari masing-masing empat orang. Permainan biasanya menggunakan seperempat lapangan bola atau tempat yang agak luas. Di tengah terdapat dua garis memanjang yang membatasi masing-masing orang. Di ujung garing dibuat serupa benteng dari bambu atau batu. 

Untuk bisa menerobos pertahan tim lawan, dibutuhkan kegesitan supaya tidak tersentuh saat berlari melintasi garis yang dijaga. Bila tersentuh pemain itu gugur dan digantikan oleh rekannya yang masih tersisa. Begitu pula sebaliknya. Itu tadi sederet permainan tradisional anak-anak di Makassar yang mulai pudar. Beberapa upaya telah dilakukan untuk mempromosikan permainan tradisional ini agar tetap hidup di antara generasi muda, seperti mengadakan festival permainan tradisional atau kampanye pendidikan.

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross