Ilustrasi Evolusi Manusia (Foto: iStock/ilustrasi evolusi manusia)

9 Ilmuwan Cetuskan Hukum Alam Baru, Perluasan dari Teori Evolusi Darwin

Publish by Redaksi on 17 October 2023

NEWS, IDenesia.id - Ketika naturalis Inggris, Charles Darwin, membuat sketsa teori evolusinya dalam buku "On the Origin of Species" tahun 1859 - yang mengusulkan bahwa spesies biologis berubah dari waktu ke waktu melalui akuisisi sifat-sifat yang mendukung kelangsungan hidup dan reproduksi - hal itu memicu revolusi dalam pemikiran ilmiah.

Kini, 164 tahun kemudian, sembilan ilmuwan dan filsuf mengusulkan hukum alam baru yang mencakup evolusi biologis yang digambarkan oleh Darwin sebagai contoh dari fenomena yang jauh lebih luas, yang muncul di tingkat atom, mineral, atmosfer planet, planet, bintang, dan masih banyak lagi.

Teori ini menyatakan bahwa sistem alam yang kompleks berevolusi menjadi lebih terpola, beragam, dan kompleks.

"Kami melihat evolusi sebagai proses universal yang berlaku untuk berbagai sistem, baik yang hidup maupun yang tidak hidup, yang meningkat dalam keanekaragaman dan pola dari waktu ke waktu," kata ahli mineralogi dan astrobiologi Carnegie Institution for Science, Robert Hazen, salah satu penulis makalah ilmiah yang menggambarkan hukum tersebut dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, sebagaimana disadur IDenesia dari Reuters, Selasa,17 Oktober 2023.

Berjudul "Hukum Peningkatan Informasi Fungsional" atau Law of Increasing Functional Information, hukum ini menyatakan bahwa sistem yang berevolusi, baik biologis maupun non-biologis, selalu terbentuk dari berbagai blok bangunan yang saling berinteraksi seperti atom atau sel, dan ada proses yang menghasilkan banyak konfigurasi berbeda.

Menurut teori ini, evolusi terjadi ketika berbagai konfigurasi ini diseleksi untuk menghasilkan fungsi yang berguna.

"Kami memiliki hukum yang terdokumentasi dengan baik yang menggambarkan fenomena sehari-hari seperti gaya, gerakan, gravitasi, listrik, magnet, dan energi," kata Hazen. 

"Namun, hukum-hukum ini tidak, baik secara individu maupun kolektif, menggambarkan atau menjelaskan mengapa alam semesta semakin beragam dan kompleks dalam skala atom, molekul, mineral, dan banyak lagi."

Pada bintang, misalnya, hanya ada dua elemen yakni hidrogen dan helium yang menjadi unsur utama pembentukan bintang generasi pertama setelah Big Bang sekitar 13,8 miliar tahun lalu, yang menjadi awal mula alam semesta. Bintang-bintang generasi pertama tersebut kemudian membentuk sekitar 20 elemen yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen yang dilontarkan ke ruang angkasa saat meledak di akhir siklus hidupnya.

Bintang-bintang generasi berikutnya, terbentuk dari sisa-sisa generasi sebelumnya, juga membentuk hampir 100 elemen lainnya.

Di Bumi, organisme hidup memperoleh kompleksitas yang lebih besar, termasuk momen penting ketika kehidupan multiseluler berasal.

"Bayangkan sebuah sistem atom atau molekul yang bisa ada dalam triliunan susunan atau konfigurasi yang berbeda," kata Hazen. "Hanya sebagian kecil dari semua konfigurasi yang mungkin akan 'berfungsi' - artinya, mereka akan memiliki tingkat fungsi yang berguna. Demikianlah, alam lebih menyukai konfigurasi yang fungsional."

Hazen menambahkan bahwa "fungsi" dapat berarti bahwa kumpulan atom membentuk kristal mineral yang stabil yang dapat bertahan, atau bahwa bintang mempertahankan struktur dinamisnya, atau bahwa "suatu bentuk kehidupan mempelajari 'trik' baru yang memungkinkannya untuk bersaing lebih baik daripada makhluk lainnya," tambah Hazen.

Para peneliti mengusulkan tiga konsep umum mengenai seleksi: kemampuan dasar untuk bertahan; sifat bertahan dari proses aktif yang memungkinkan evolusi; dan munculnya karakteristik baru sebagai adaptasi terhadap suatu lingkungan.

Beberapa contoh biologis dari "generasi baru" ini termasuk organisme yang mengembangkan kemampuan untuk berenang, berjalan, terbang, dan berpikir. Spesies kita muncul setelah garis keturunan evolusi manusia menyimpang dari garis keturunan simpanse dan memperoleh serangkaian sifat termasuk berjalan tegak dan peningkatan ukuran otak.

"Saya pikir makalah ini penting karena menggambarkan pandangan kosmos yang berakar pada fungsi," kata ahli astrobiologi dan ilmuwan planet dari Carnegie Institution, Michael Wong, penyusun utama makalah tersebut.

"Pentingnya merumuskan hukum semacam itu adalah sebab ia memberikan perspektif baru tentang mengapa beragam sistem yang membentuk semesta berevolusi seperti yang mereka lakukan dan memungkinkan prediksi tentang bagaimana sistem yang tidak dikenal—seperti kimia organik di bulan Saturnus, Titan—berkembang dari waktu ke waktu," tambah rekan penulis, Jonathan Lunine, ketua departemen astronomi Cornell University, merujuk pada dunia yang sedang diteliti untuk kehidupan di luar bumi.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross