NEWS, IDenesia.id - Laporan terbaru dari pemantau iklim Uni Eropa menyatakan bahwa tahun 2023 adalah tahun terpanas dalam satu setengah abad terakhir.
Dikabarkan tahun 2023 memecahkan rekor sebagai tahun terpanas dengan selisih suhu yang sangat besar dari rekor tahun sebelumnya.
“Rata-rata sepanjang tahun lalu, suhu di seluruh dunia adalah 1,48 derajat Celcius, atau 2,66 Fahrenheit, lebih tinggi dibandingkan suhu pada paruh kedua abad ke-19,” tulis surat kabar The New York Times yang disadur IDenesia pada Jumat, 12 Januari 2024.
Sebelumnya, tahun 2016 memegang rekor tahun terpanas, mengalahkan suhu panas pada tahun 2015 yang juga mengalahkan tahun 2014. Pada tahun-tahun tersebut, suhu terus meningkat setiap tahunnya.
Selepas tahun 2016, tidak ada rekor suhu yang dipecahkan oleh tahun-tahun setelahnya, hingga pada tahun 2023 saat bumi akhirnya merasakan dampak kenaikan suhu.
The New York Times juga melaporkan bahwa Kanada mengalami musim kebakaran hutan paling merusak dalam sejarah dengan lebih dari 45 juta hektar lahan terbakar.
Adapun, penyebab utama peningkatan pemanasan global ini adalah terus meningkatnya emisi karbon dioksida, yang juga ditambah dengan kembalinya fenomena iklim alami El Niño. Temperatur tinggi ini kemudian menyebabkan gelombang panas, banjir, dan kebakaran hutan, sehingga merusak kehidupan dan mata pencaharian di seluruh dunia.
Analisis menunjukkan bahwa beberapa cuaca ekstrem, seperti gelombang panas di Eropa dan Amerika, hampir tidak mungkin terjadi tanpa pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.
“2023 adalah tahun yang luar biasa, dengan rekor iklim yang berjatuhan seperti kartu domino. Suhu pada tahun 2023 kemungkinan besar melebihi suhu pada periode mana pun setidaknya dalam 100.000 tahun terakhir,” kata Samantha Burgess, wakil direktur Copernicus Climate Change Service (CCCS) Uni Eropa, disadur IDenesia dari laman The Guardian, Jumat, 12 Januari 2024.
