NEWS, IDenesia.id - Jemaah haji wajib mengerjakan rukun haji dan wajib haji. Jemaah yang meninggalkan wajib haji dengan sengaja, lupa, atau tidak tahu diharuskan untuk membayar dam atau denda.
Jemaah haji yang mengerjakan haji tamattu (mengerjakan umrah terlebih dahulu daripada haji) atau haji qiran (mengerjakan haji dan umrah secara bersamaan) juga wajib membayar dam.
Jemaah haji yang meninggalkan wajib haji dan mengerjakan haji tamattu wajib menyembelih kambing. Dilansir IDenesia dari laman NU Online, Sabtu 20 April 2024, umumnya jemaah haji Indonesia menitipkan pembayaran damnya kepada pihak-pihak tertentu.
ودم ترك مأمور كإحرام من الميقات ومبيت بمزدلفة ومنى ورمي الأحجار وطواف الوداع كدم التمتع والقران ذبح أي ذبح شاة تجزئ أضحية في الحرم
Artinya, “Dam/denda karena meninggalkan [wajib haji] yang diperintahkan seperti ihram dari miqat, mabit di Muzdalifah, mabit di Mina, lontar jumrah di Mina, dan tawaf wada’ seperti juga dam haji tamattu dan haji qiran ialah menyembelih seekor kambing yang memadai hewan kurban di Tanah Suci Haram.” (Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu’in, [Bandung, Syirkatul Maarif: tanpa catatan tahun], halaman 63).
Adapun dam atau denda bagi jemaah haji yang meninggalkan wajib haji terdiri atas dua jenis yang harus ditempuh secara berurutan:
1. Menyembelih seekor kambing
Jemaah haji yang meninggalkan wajib haji atau mengambil haji tamattu wajib mengalokasikan biaya untuk membeli seekor kambing untuk disembelih di Tanah Haram sebagai pembayaran dam karena jemaah haji tamattu menikmati kebebasan dari larangan ihram setelah tahallul umrah yang dilakukan sepanjang musim haji (bulan Syawal, Dzulq’adah, Dzulhijjah).
Tentu saja biaya yang dikeluarkan jemaah haji untuk membayar dam tidak boleh kurang dari harga kambing yang berlaku di Arab Saudi. Pasalnya, ada oknum-oknum yang menawarkan penitipan pembayaran dam dengan harga kambing di bawah standar kepada jemaah haji yang mengerjakan tamattu atau meninggalkan wajib haji.
Jemaah haji yang luput mengerjakan wukuf di Arafah. Misal ia belum tiba di Arafah saat terbit fajar (subuh) hari nahar 10 Dzulhijjah sebaga akhir waktu wukuf, juga wajib membayar dam. Afdhalnya dam disembelih pada hari nahar 10 Dzulhijjah.
فَاِذَآ اَمِنْتُمْۗ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ اِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ
Artinya, “Apabila kamu dalam keadaan aman, siapa yang mengerjakan umrah sebelum haji (tamattu’), dia (wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat.” (QS Al-Baqarah: 196).
2. Puasa 10 hari
Jemaah haji yang tidak mampu membayar dam diwajibkan untuk berpuasa 10 hari di mana puasa 3 hari pertama segera dikerjakan ketika masih ihram haji dan puasa 7 hari sisanya dikerjakan ketika tiba di Tanah Air.
فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ فِى الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ اِذَا رَجَعْتُمْۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌۗ
Artinya, “Akan tetapi, jika tidak mendapatkannya, dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (masa) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itulah 10 hari yang sempurna.” (QS Al-Baqarah: 196).
Jemaah haji dianjurkan berpuasa 3 hari sebelum hari Arafah 9 Dzulhijjah, yaitu 1-8 Dzulhijjah. Karena jamaah haji dianjurkan tidak berpuasa pada saat wukuf dan haram puasa pada (hari nahar) 10, (hari tasyrik) 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Jemaah haji wajib mengqadha puasanya di Tanah Air bila tidak sempat berpuasa 3 hari pada waktu haji. Jemaah haji juga tidak boleh melaksanakan puasa damnya di perjalanan (menurut Mazhab Syafi’i). Sementara Imam Ahmad bin Hanbal membolehkan puasa dam bagi jemaah haji di perjalanan pulang, tanpa mensyaratkan sampai di Tanah Air dan keluarganya. (Ali As-Shabuni, Rawa’iul Bayan, [Jakarta, Darul Alamiyah: 2015 M/1436 H], juz I, halaman 202-203).
Jemaah haji yang meninggalkan wajib haji bisa jadi tidak dapat melaksanakan pembayaran dam karena:
Demikian keterangan singkat yang dapat kami sampaikan. Semoga keterangan ini dapat dipahami dengan baik.