Rafah ibarat kota hantu (Foto: Reuters)

Rafah Menjadi Kota Hantu, Israel Bawa Jurnalis Internasional Berkunjung

Publish by Redaksi on 8 July 2024

NEWS, IDenesia.id—Hingga Mei lalu, Rafah merupakan tempat berlindung bagi warga Gaza yang wilayahnya dibombardir tanpa henti oleh pasukan Israel. Setelah dua bulan, Rafah sudah hancur dan menghadapi krisis kemanusiaan yang parah.

Saat ini, Rafah menjadi kota hantu yang tertutup debu. Gedung-gedung apartemen yang terbengkalai dipenuhi peluru yang menghancurkan dinding serta  jendela-jendelanya. Kamar tidur dan dapur terlihat dari jalanan yang juga dipenuhi tumpukan puing-puing.

Israel mengatakan mereka hampir mengalahkan pasukan Hamas di Rafah – tempat setidaknya 1,4 juta warga Palestina mencari perlindungan.

Militer Israel mengundang wartawan ke Rafah pada hari Rabu, 3 Juli 2024. Itulah untuk pertama kalinya media internasional mengunjungi kota paling selatan Gaza sejak  diserbu pada 6 Mei.

Setelah wartawan mendengar suara tembakan di dekatnya pada hari Rabu, tentara mengatakan mereka tidak akan mengunjungi pantai seperti yang telah direncanakan.

Kelompok tersebut segera meninggalkan kota, dengan awan debu yang ditimbulkan oleh kendaraan yang untuk sementara waktu menutupi kerusakan besar di belakang mereka.

Dilansir IDenesia dari TRT World, Senin, 8 JUli 2024, diperkirakan 1,4 juta warga Palestina sempat berdesakan di Rafah setelah melarikan diri dari serangan Israel di tempat lain di Gaza. PBB memperkirakan sekitar 50.000 orang masih tinggal di Rafah, yang memiliki populasi sebelum perang sekitar 275.000 jiwa.

Sebagian besar dari mereka kini telah pindah ke wilayah terdekat yang dinyatakan Israel sebagai wilayah kemanusiaan yang kondisinya sangat buruk. Banyak dari mereka yang berkumpul di tenda-tenda kumuh di sepanjang pantai dengan sedikit akses terhadap air bersih, makanan, kamar mandi, dan perawatan medis.

Israel telah menutup salah satu dari dua penyeberangan utama ke selatan Gaza. PBB mengatakan hanya sedikit bantuan yang bisa masuk dari jalur penyeberangan utama lainnya – Karem Abu Salem, atau Kerem Shalom – karena rute tersebut terlalu berbahaya.

Semakin lama pengiriman bantuan dibekukan, kata kelompok kemanusiaan, semakin dekat Gaza dengan kehabisan bahan bakar, yang dibutuhkan untuk rumah sakit, pabrik desalinasi air, dan kendaraan.

“Rumah sakit sekali lagi kekurangan bahan bakar, sehingga berisiko terganggunya layanan penting,” kata Dr Hanan Balkhy, direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia untuk Mediterania Timur.

“Orang-orang yang terluka sekarat karena layanan ambulans tertunda karena kekurangan bahan bakar,” tandasnya.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross