NEWS, IDenesia.id—Komandan Hizbullah Ibrahim Akil tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut pada hari Jumat malam. Ibrahim Akil adalah pimpinan pasukan elite Hizbullah yang masuk dalam daftar orang paling dicari Amerika Serikat selama bertahun-tahun.
Ibrahim Akil, 61 tahun, adalah komandan tinggi kedua Hizbullah yang tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut dalam beberapa bulan.
Akil adalah anggota badan militer tertinggi Hizbullah, Dewan Jihad sejak 2008, dan kepala Pasukan elite Radwan. Pasukan tersebut juga bertempur di Suriah untuk mendapatkan pengalaman dalam peperangan perkotaan dan pemberantasan pemberontakan.
Lahir di Baalbek di timur Lebanon, Akil bergabung dengan Hezbollah pada masa-masa awal berdirinya pada tahun 1980-an. Elijah Magnier, seorang analis militer dan pemberantasan terorisme yang bermarkas di Brussels yang memiliki pengetahuan tentang kelompok tersebut, mengatakan bahwa ia adalah salah satu anggota lama kelompok tersebut.
"Ia memulai kariernya di awal berdirinya Hizbullah, dan kemudian beralih ke berbagai tanggung jawab. Menjadi anggota Dewan Jihadi adalah jabatan tertinggi, dan menjadi pemimpin Pasukan Radwan juga merupakan hal yang sangat istimewa," kata Magnier sebagaimana dilansir IDenesia dari ABC News, Sabtu, 21 September 2024.
Akil berada di bawah sanksi AS dan pada tahun 2023 dan Departemen Luar Negeri AS mengumumkan hadiah hingga $7 juta untuk informasi yang mengarah pada "identifikasi, lokasi, penangkapan, dan/atau hukumannya."
Departemen Luar Negeri menggambarkannya sebagai "pemimpin utama" di Hizbullah. Dikatakan bahwa Akil adalah bagian dari kelompok yang melakukan pengeboman Kedutaan Besar AS di Beirut pada tahun 1983 dan bahwa ia telah mengarahkan penyanderaan warga Amerika dan Jerman di Lebanon serta menahan mereka di sana selama tahun 1980-an.
Sebelum meninggal, ia telah naik jabatan menjadi salah satu dari tiga komandan tertinggi pasukan Hizbullah, bersama Ali Karaki yang memimpin garis depan selatan dan Fouad Shukr, yang merupakan komandan militer tertinggi dalam kelompok tersebut dan juga tewas dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut pada bulan Juli.
Pasukan Radwan, yang diperkirakan berjumlah antara 7.000 hingga 10.000 orang, dengan para pejuang yang terlatih dalam operasi khusus dan peperangan perkotaan, hanya terlibat sedikit dalam konflik saat ini antara Hizbullah dan Israel. Pertempuran sejauh ini didominasi oleh pertukaran rudal dan serangan di sepanjang wilayah perbatasan.
Jika terjadi invasi darat Israel ke Lebanon atau operasi lintas perbatasan Hizbullah, Akil akan menjadi orang yang memimpin Pasukan Radwan. Namun, ia tidak memimpin seluruh operasi militer melawan Israel, kata Magnier.
Mohannad Hage Ali, seorang peneliti senior di lembaga pemikir Carnegie Middle East Center yang meneliti Hizbullah, mengatakan Akil adalah komandan militer "old school" yang dekat dengan Iran. Ia menerima pelatihan perwira selama tiga tahun di Iran dan ikut serta dalam semua perang di Lebanon, serta di Suriah.
Hanin Ghaddar, seorang peneliti Hizbullah di Washington Institute, mengatakan ketika Mustafa Badreddine, komandan Hizbullah yang mengawasi peran kelompok tersebut dalam perang di Suriah, tewas pada tahun 2016, Akil menggantikannya dalam peran tersebut.
Pada saat itu, struktur komando tiga tingkat pasukan militer Hizbullah dibentuk, dengan Akil sebagai salah satu pilar utamanya.
Ghaddar mengatakan ada laporan bahwa Akil termasuk di antara mereka yang terluka ringan dalam ledakan massal pager yang membunuh belasan orang serta melukai ribuan lainnya pada hari Selasa dan Rabu. Namun, tidak ada konfirmasi resmi atas laporan tersebut.
Israel mengatakan serangan hari Jumat di distrik Dahiya di selatan Beirut menewaskan Akil dan 10 anggota Hezbollah lainnya.
