Yahya Sinwar (Foto: Reuters: Mohammed Salem)

Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Syahid, Otak Serangan 7 Oktober, Dijuluki ‘Orang Mati Berjalan’

Publish by Redaksi on 18 October 2024

NEWS, IDenesia.id—Israel mengumumkan bahwa mereka telah membunuh Yahya Sinwar, pemimpin tertinggi Hamas, yang disebut sebagai otak di balik serangan mematikan 7 Oktober 2023 yang memicu perang brutal di Gaza. Yahya Sinwar syahid bersama dua pejuang Hamas lainnya dalam pertempuran di Gaza, kemarin.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pernyataannya menyebut kematian Sinwar sebagai pukulan berat bagi Hamas.

Namun, Dosen hubungan internasional Timur Tengah di Universitas Cambridge, Roxane Farmanfarmaian mengatakan kepada Al Jazeerah bahwa kematian Yahya Sinwar tidak akan mengakhiri perlawanan Hamas. Bahkan, menurutnya beberapa pemimpin yang mungkin menggantikan Yahya Sinwar akan cenderung lebih keras.

Lahir di kamp pengungsi Khan Yunis di Gaza selatan, Yahya Sinwar bergabung dengan Hamas ketika Sheikh Ahmad Yassin mendirikan kelompok tersebut sekitar waktu intifada Palestina pertama dimulai pada tahun 1987. Sinwar membentuk aparat keamanan internal kelompok itu pada tahun berikutnya, dan kemudian mengepalai unit intelijen yang bertugas membersihkan warga Palestina yang dituduh menjadi informan Israel.

Lulusan Universitas Islam di Gaza itu pernah ditahan selama 23 tahun di penjara Israel. Saat itu ia belajar bahasa Ibrani dan dikatakan memiliki pemahaman mendalam tentang budaya dan masyarakat Israel.

Yahya Sinwar menjalani empat hukuman seumur hidup atas pembunuhan dua tentara Israel ketika dia menjadi orang paling senior dari 1.027 warga Palestina yang dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran tentara Israel Gilad Shalit pada tahun 2011.

Yahya Sinwar kemudian menjadi komandan senior di Brigade Ezzedine Al Qassam, sayap militer Hamas, sebelum mengambil kepemimpinan keseluruhan gerakan tersebut di Gaza.

Sinwar memimpikan sebuah negara Palestina tunggal yang menyatukan Jalur Gaza, Tepi Barat yang diduduki, dikendalikan oleh partai Fateh pimpinan Presiden Mahmoud Abbas, dan Yerusalem Timur yang diduduki Israel.

Ia telah berjanji untuk menghukum siapa pun yang menghalangi rekonsiliasi dengan Fateh, gerakan politik saingan yang terlibat dalam perselisihan faksi dengan Hamas setelah pemilu pada tahun 2006.

Leila Seurat dari Pusat Penelitian dan Studi Politik Arab (CAREP) di Paris sebagaimana dilansir IDenesia dari The Jordan Times, Jumat, 18 Oktober 2024 menyebut  Yahya Sinwar telah menempuh jalur radikal dalam perencanaan militer dan pragmatis dalam politik.

Abu Abdallah, seorang anggota Hamas yang menghabiskan waktu bertahun-tahun bersamanya di penjara-penjara Israel mengatakan, Sinwar adalah operator keamanan yang unggul.

“Dia mengambil keputusan dengan sangat tenang, namun keras kepala ketika harus membela kepentingan Hamas,” kata Abu Abdallah kepada AFP pada tahun 2017.

Sinwar diangap sebagai otak serangan mendadak pejuang Hamas pada 7 Oktober yang mempermalukan Israel dan memicu perang di Gaza. Serangan yang dirancang selama dua tahun itu adalah  yang terburuk dalam sejarah Israel, mengejutkan semua orang, dan mengubah keseimbangan kekuatan di lapangan.

Setelah serangan 7 Oktober itu, juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Richard Hecht menyebut Sinwar sebagai “orang mati yang berjalan”.  Sebelumnya, pada tahun 2008, Sinwar sembuh dari kanker otak yang agresif setelah menjalani perawatan di rumah sakit di Tel Aviv.

Pemimpin tertinggi Hamas itu dimasukkan ke dalam daftar “teroris internasional” yang paling dicari Amerika Serikat pada tahun 2015.

Kematian Yahya Sinwar yang sangat dihormati di Gaza jelas mengguncang Hamas. Namun, perlawanan pejuang Palestina tidak akan berakhir.

Yahya Sinwar ditunjuk menjadi pemimpin politik baru Hamas usai Ismail Haniyeh meninggal terbunuh di Teheran, Iran, akhir Juli lalu. Sejauh ini, belum diketahui siapa yang akan meneruskan tugasnya sebagai pemimpin tertinggi Hamas selanjutnya.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross