Tradisi Anjala Ombong di Selayar (Foto: pariwisata.kepulauanselayarkab.go.id)

Anjala Ombong, Tradisi Penguatan Solidaritas Masyarakat Desa di Selayar

Publish by Redaksi on 29 November 2023

NEWS, IDenesia.id - Tradisi Anjala Ombong adalah salah satu tradisi yang hingga saat ini masih dijaga oleh masyarakat Kabupaten Selayar, khususnya oleh warga Desa Harapan, Kecamatan Bontosikuyu. Keberadaan tradisi ini tentunya masih eksis dan dilakukan hingga sekarang.

Anjala Ombong merupakan bentuk respon interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya, dimana pembentukan suatu lingkungan pada dasarnya ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya budaya masyarakat setempat.

Adapun dalam etika lingkungan, manusia diajarkan bagaimana seharusnya berperilaku terhadap lingkungan, seperti melakukan pemeliharaan, pengelolaan berkelanjutan, serta pelestarian lingkungan.

Dilansir Idenesia dari laman Disbudpar Sulsel, Rabu, 29 November 2023, secara bahasa, Anjala Ombong berarti kegiatan menjaring ikan secara melingkar. Dalam sejarahnya, tidak diketahui pasti kapan tradisi Anjala Ombong pertama kali dilaksanakan.

Menurut sumber Warisan Budaya Kemdikbud, dilansir IDenesia pada Rabu, 29 November 2023, secara formal dapat diperkirakan bahwa ritual Anjala Ombong ini telah dilaksanakan semenjak abad kedua puluh, yang ditandai dengan status pawang Buaya yang ada sekarang, Sakti, merupakan generasi ketiga.

Bisa jadi, tradisi ini sebelumnya telah dijalankan dan menjadi kebiasaan masyarakat yang mendiami wilayah tersebut di zaman dahulu, sebelum akhirnya diadopsi menjadi sebuah ritual yang lebih terorganisir.

Begitulah kisah tradisi ini lahir dan masih terus dijalankan hingga sekarang. Kekinian, tradisi Anjala Ombong dilaksanakan setiap satu tahun sekali di kisaran bulan Agustus di muara sungai yang disebut dengan Binanga Sangkulu-kulu, sebuah sungai di wilayah tersebut yang memiliki lebar 20 meter dan kedalaman 4 meter.

Ritual ini biasanya dilakukan secara beramai-ramai oleh masyarakat sekitar Desa Harapan, Kabupaten Selayar. Setiap kali ritual ini dilaksanakan, masyarakat begitu antusias dan berbondong-bondong untuk mengikutinya. Hampir semua berdatangan untuk menikmati hasil laut, beberapa dari mereka juga datang untuk tujuan hiburan.

Bagi masyarakat desa, tradisi ini memiliki makna tersendiri. Pelaksanaan tradisi ini menjadi semacam penguatan kembali rasa solidaritas sesama warga dan mendobrak sekat-sekat individualisme.

Rasa solidaritas ini terbangun begitu saja sebab dalam melaksanakan ritual, tentu dibutuhkan kerjasama, tolong-menolong, dan rasa saling memahami di antara mereka.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross