Ilustrasi (foto:medium)

Apakah Nasab Menentukan Nasib, Ini Pandangan Imam Syafii

Publish by Redaksi on 25 June 2024

NEWS, IDenesia.id - Dalam menafsirkan QS. Al-Hujurat ayat 13, Imam Syafi’i memberikan pandangan yang menarik. Ayat tersebut berbunyi: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.”

Dilansir IDenesia dari laman Muhammadiyah, Selasa 25 Juni 2024, Imam Syafi’i menegaskan bahwa yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa. Ayat ini mengandung larangan untuk membanggakan diri berdasarkan nasab: wa-fī hādzihi al-āyah nahyun ʿan at-tafākhur bi-n-nasab.

Pernyataan ini memberikan pemahaman bahwa ketakwaan adalah penentu utama kemuliaan seseorang di hadapan Allah. Tidak peduli seberapa tinggi status sosial atau keturunan seseorang, tanpa ketakwaan, semua itu tidak ada artinya di mata Allah.

Dalam pandangan Imam Syafi’i, ketakwaan dan amal perbuatan adalah faktor kunci yang menentukan derajat seseorang di akhirat.

Meski demikian, Imam Syafi’i juga menekankan pentingnya mengetahui nasab atau garis keturunan.

Beliau menjelaskan bahwa mengetahui nasab memiliki manfaat praktis, terutama dalam urusan pembagian warisan: ḥaḍḍun ʿalā maʿrifatihi liyastaʿāna bihi ʿalā ḥiyāzat al-mawārīts.

Dengan mengetahui nasab, seseorang dapat memastikan hak-hak waris diterima oleh pihak yang berhak.

Selain itu, Imam Syafi’i juga menekankan pentingnya mengetahui nasab dalam konteks lain, seperti dalam urusan diyat (kompensasi dalam hukum pidana Islam): wa-maʿrifat al-ʿawaqil fī ad-diyāt. Hal ini penting untuk menjaga keadilan dan ketertiban dalam masyarakat.

Pandangan ini menunjukkan keseimbangan dalam ajaran Islam. Di satu sisi, ketakwaan dan amal perbuatan menjadi penentu utama kemuliaan seseorang di hadapan Allah.

Di sisi lain, pengetahuan tentang nasab tetap memiliki nilai praktis dalam kehidupan duniawi, khususnya dalam masalah hukum dan pembagian warisan.

Islam mengajarkan bahwa aspek keimanan dan aspek praktis kehidupan harus berjalan seiring.

Pesan dari Imam Syafi’i ini sangat relevan dalam kehidupan kita sehari-hari. Meskipun kita hidup dalam masyarakat yang sering kali masih memandang tinggi status sosial dan keturunan, ajaran Islam mengingatkan bahwa di akhirat kelak, yang akan menentukan nasib kita adalah ketakwaan dan amal perbuatan, bukan keturunan atau status sosial.

Banyak orang yang mungkin terperangkap dalam kebanggaan terhadap keturunan, tetapi Islam menekankan bahwa yang lebih penting adalah kualitas amal ibadah.

Selain itu, pentingnya mengetahui nasab dalam konteks duniawi juga tidak boleh diabaikan. Dalam banyak kasus, perselisihan terkait warisan bisa dihindari jika pengetahuan tentang nasab dan keturunan dipahami dengan baik.

Pengetahuan ini membantu memastikan bahwa hak-hak setiap individu dihormati dan dipenuhi sesuai dengan hukum syariat. Demikian juga, dalam urusan diyat, pemahaman tentang nasab dapat membantu menyelesaikan kasus-kasus pidana dengan adil.

Kesimpulannya, nasab dan keturunan memiliki peran penting dalam urusan duniawi, terutama dalam hal pembagian warisan dan menjaga silaturahmi, serta dalam penyelesaian kasus pidana.

Namun, di hadapan Allah, ketakwaan dan amal perbuatan adalah penentu utama nasib kita di akhirat. Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk tidak membanggakan diri dengan nasab dan keturunan, melainkan fokus pada peningkatan ketakwaan dan amal saleh.

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross