Plastic Ocean, 2016 (Foto: Tan Zi Xi)

‘Artivist’, Seniman Lingkungan yang Berkarya dengan Bahan Daur Ulang

Publish by Redaksi on 31 October 2023

NEWS, IDenesia.id - Menggunungnya sampah di muka bumi menimbulkan berbagai macam reaksi dari masyarakat dunia, tak terkecuali para seniman. 

Dalam merespon dampak kerusakan lingkungan yang belakangan ini santer digaungkan aktivis lingkungan, para seniman memilih bersuara dengan menciptakan karya seninya menggunakan berbagai macam bahan daur ulang seperti pakaian bekas, limbah besi, hingga sampah plastik.

Disebut juga sebagai “Artivist” atau pegiat aktivisme melalui seni, berikut 5 seniman daur ulang yang mempromosikan penggunaan bahan daur ulang dalam karya mereka, disadur IDenesia dari laman Cause Artist, Selasa, 31 Oktober 2023:

 

Barefooted Welder (Mick D.)

Kali 2017 (Foto: Barefooted Welder)

Dalam proses pengkaryaannya, Micky D. berjalan tanpa alas kaki melintasi tempat pembuangan sampah dan menemukan ada banyak limbah yang dapat diubah menjadi karya seni.

Sejak tahun 2015, seniman pahat besi dari Australia itu mengumpulkan lebih dari 7 ton limbah baja, besi, aluminium, dan sebagainya, yang jika dibiarkan dapat berdampak buruk bagi bumi dan kesehatan kita: logam berat larut dan mencemari tanah dan sistem air.

Hasilnya, ia menciptakan berbagai karakter menakjubkan dari limbah besi dan logam berukuran raksasa.

 

HA Schult

Pyramids People – Kairo, Giza, 2002 (Foto: Ha Schult)

Seniman konseptual asal Jerman ini dikenal karena objek seni yang dia ciptakan menggunakan sampah, juga karena seni pertunjukannya dengan tema serupa. Karyanya yang paling terkenal adalah karya tur, Trash People, yang dipamerkan di semua benua, dan hotel Save The Beach, sebuah bangunan yang terbuat dari sampah.

HA Schult menggambarkan dirinya sebagai pendukung "kesadaran ekologi baru".

 

Robert Bradford

Salah satu karya Bradford yang dibuat dari bekas mainan anak-anak (Foto: Robert Bradford)

Beberapa patung karya Bradford dibuat dari potongan-potongan hingga 3.000 mainan yang seharusnya masuk ke tempat pembuangan sampah. Patung-patung karyanya ini bahkan dikoleksi di berbagai galeri pribadi, museum, serta institusi di seluruh dunia.

Metodologi artistik yang Bradford gunakan juga terbilang unik, ia meyakini bahwa mainan anak-anak yang terlupakan dapat menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar, menghasilkan berbagai patung penuh warna, energi positif sekaligus ironi.

 

Guerra de la Paz

Indochine, 2011 (Foto: Chloe Gill, Holster Projects & Guerra de la Paz)

Guerra de la Paz adalah kolektif seniman Kuba yang didirikan oleh Alain Guerra dan Neraldo de la Paz. Berbasis di Miami, Florida, mereka bekerja dari bahan yang tidak biasa seperti pakaian daur ulang, yang kemudian mereka gunakan untuk membuat patung-patung yang sangat berwarna.

Karya seni Guerra de la Paz merespon kondisi masyarakat modern dan kebiasaan konsumtif membuang pakaian yang masih dalam kondisi layak pakai.

 

MessyMsxi (Tan Zi Xi)

Plastic Ocean, 2016 (Foto: Tan Zi Xi)

Pada tahun 2016, Singapore Art Museum mengundang Tan Zi Xi untuk menjadi bagian dari Imaginarium: Under the Water, Over the Sea.

Seniman ini menciptakan ulang manifestasi fisik dari Pacific Garbage Patch, di mana anak-anak dan orang dewasa dapat merasakan pengalaman seolah tenggelam dalam lautan penuh sampah plastik, yang ia simulasikan dalam sebuah ruang pameran. 

 

Selain lima seniman tadi, terdapat lebih banyak lagi seniman yang menggunakan bahan daur ulang dalam berkarya di seluruh dunia.

Tidak hanya sekadar menciptakan karya seni yang menarik secara visual, para seniman ini memiliki tujuan untuk menginspirasi orang lain melakukan tindakan kecil namun berdampak bagi lingkungan seperti mengubah sampah menjadi seni, sekaligus mengajak audiens untuk merefleksikan dampak perilaku konsumtif kita terhadap kerusakan lingkungan.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross