Ilustrasi, Kisah Putri Tadampali. (Foto: Dongeng Cerita Rakyat).

Cerita Rakyat: Putri Tadampali di Wajo dan Alasan Masyarakat Tak Makan Daging Kerbau

Publish by Redaksi on 12 September 2023

NEWS, IDenesia.id - Sejak dulu beredar sebuah cerita di tengah-tengah masyarakat di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, tentang kisah seorang putri yang bernasib malang karena terpapar penyakit kulit misterius. Padahal putri ini adalah seorang garis keturunan raja. Namun karena penyakit yang diderita, sang puteri diminta ayahnya untuk mengasingkan diri di tempat lain di luar kerajaan mereka. 

Cerita ini mengisahkan asal mula keyakinan yang berkembang di sebagian kalangan masyarakat Bugis bahwa mereka tidak boleh memakan kerbau berbelang karena dianggap berjasa. Kisah ini bermula dari seorang putri bernama Tadampali, tinggal di Luwu, Sulawesi Selatan. Putri Tadampali, anak Datu Luwu bernama La Busatana Datu Maongge, memerintah dengan bijak, memastikan kesejahteraan dan keamanan masyarakat. 

Kecantikan Putri Tadampali dikenal hingga ke daerah Bone yang jauh dari Luwu. Raja Bone mendengar tentang kecantikan Putri Tadampali dan ingin mengawinkan anaknya dengannya. Meskipun Datu Luwu ragu karena tradisi melarang gadis Luwu menikah dengan orang dari luar, dia menerima lamaran itu untuk menghindari pertumpahan darah.

Sayangnya, Putri Tadampali tiba-tiba menderita penyakit kulit yang aneh dan mengeluarkan cairan berbau tak sedap. Para tabib istana tidak bisa mengobatinya dan mengatakan itu menular. Datu Luwu mengasingkannya untuk melindungi rakyat. Putri Tadampali patuh dan berlayar bersama pengawalnya. Mereka menemukan daratan yang disebut Wajo dan membangun pemukiman. 

Suatu hari, kerbau putih menjilati kulit Putri Tadampali dan menyembuhkannya. Sebagai tanda terima kasih, dia melarang memakan kerbau putih, yang diikuti oleh masyarakat Wajo. Putra mahkota Bone tersesat di hutan dan bertemu Putri Tadampali. Mereka saling jatuh cinta dan putra mahkota ingin meminangnya. Utusan dikirim ke Wajo dengan keris sebagai tanda. 

Putra mahkota menemui Datu Luwu dan menjelaskan niatnya. Datu Luwu menerima dan mengangkatnya menjadi raja Bone. Pernikahan mereka berlangsung di Wajo, dan putra mahkota Bone menjadi raja beberapa tahun kemudian. Tidak diketahui sejarah dari cerita ini, namun cerita rakyat ini telah lama berkembang hingga kini. 

IDenesia.id, hanya meringkas poin penting dari cerita rakyat tanpa mengurangi substansi informasinya. Kisah ini dilansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI lewat ulasan yang bersumber dari Pencatatan Warisan Budaya Tak Benda BPNB Sulsel.

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross