Perahu penyeberangan di Sungai Jeneberang (idenesiafile)

Cerita Suka dan Duka di Jalur Penyeberangan Sungai Jeneberang

Publish by Redaksi on 14 August 2022

NEWS, IDenesia.id - Masyarakat yang bermukim di wilayah perbatasan antara Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, tentu sudah tak asing lagi dengan sarana perahu penyeberangan di Sungai Jeneberang.

Perahu penyeberangan tersebut diminati masyarakat karena membantu para pengendara motor menghindari kemacetan, termasuk mempersingkat jarak tempuh. 

Amri Daeng Buang, salah satu pengemudi sekaligus pemilik perahu mengatakan, usaha penyeberangan miliknya telah ada sejak tahun 80-an.

Saat itu jelasnya, perahu penyeberangan masih menggunakan perahu dayung. Awalnya dibangun dan dikelola oleh ayahnya, kemudian dilanjutkan olehnya. 

Memasuki tahun 2000-an, di sepanjang Sungai Jeneberang, hingga saat ini ada sekitar 10 titik penyeberangan dengan menggunakan jenis perahu yang sama. 

Titik-titik penyeberangan sungai tersebut berlokasi di Desa Taeng dan Mangasa Gowa, serta di sekitar Jalan Mallengkeri - Parangtambung, Makassar, dan juga dekat jembatan Barombong. "Perahu ini yang paling besar di antara yang lain, ini sekali menyeberang bisa sampai 35 motor," kata Amri tentang keunggulan perahu miliknya kepada IDenesia.id, Minggu, 14 Agustus 2022.

Dari tangan orang tuanya, pria 87 tahun itu awalnya mewarisi satu perahu penyeberangan. Namun saat usahanya telah berkembang pesat. "Dulu itu cuma satu kapal, sekarang sudah ada enam kapal yang beroperasi," ungkapnya. Ia menambahkan, saat ini dirinya telah mempekerjakan 16 pekerja.

Ke-16 kru tersebut bekerja dengan sistem shift. Satu kapal dioperasikan oleh dua orang kru.  "Ada yang dari jam enam sampai jam sembilan, dari jam sembilan sampai jam 12, ada yang dari jam satu ke jam lima," sambungnya. 

Semua kru yang dipekerjakan oleh Amri merupakan keluarganya sendiri, lantaran usaha yang dijalaninya ini merupakan usaha keluarga. "Orang orang yang kasih jalan kapal ini keluarga ji semua, jadi secara tidak langsung ini sudah jadi usaha keluarga.

Beberapa kali ada orang lain yang menawarkan diri tapi pertimbangannya itu jangan sampai ada yang bikin kacau, makanya kita pilih keluarga saja," tuturnya. 

Sementara dari segi penghasilan, Bapak dua anak ini mengaku bisa mengumpulkan hingga Rp2 juta per hari. "Tiap motor kalo menyeberang biasanya bayar dua ribu. Tapi tidak ada ji sebenarnya kita patok, apa lagi yang anak sekolah itu kita gratiskan saja. Karena biasanya tertutupi sama yang lain. Misalnya ada yang kasih dua ribu, biasa juga ada yang kasih lima ribu. Jadi saling tutupi," terang Daeng Buang, sapaan akrabnya. 

Namun, di balik kemudahan transportasi sungai yang digeluti Amri, tak jarang perahunya mendapat kendala.

Kerusakan mesin, tingginya luapan air sungai, derasnya hujan, serta sungai yang dipenuhi tumbuhan enceng gondok kerap membuat perahu miliknya tak bisa beroperasi. 

Bahkan, di tahun 2000 lalu, perahu miliknya tenggelam bersama belasan kendaraan serta penumpang. "Ada pernah kejadian di tahun 2000, saat itu kapal tenggelam, ada yang meninggal, semua motor juga tenggelam," ucapnya. 

Belajar dari pengalaman itu, Amri pun tiap tahunnya selalu memperbaharui perahunya, guna menjaga ketahanan dan keamanan agar kejadiaan naas itu tak kembali terulang. "Setiap tahun itu harus di perbaharui kembali ini kapal. Kalo kita perbaiki ini kapal terkadang hampir 50 juta juga ongkosnya satu kapal," sahutnya. 

Amri berharap usaha yang dijalankannya bisa berdampak positif bagi masyarakat, terkhusus yang berada di perbatasan Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, dan yang tak kalah pentingnya, usahanya juga bisa terus membawa berkah bagi keluarganya.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross