Mansyur (idenesiafile)

Dari Kursi Rotan ke Keranjang Parcel

Publish by Redaksi on 22 August 2022

NEWS, IDenesia.id – Mansyur tak punya pilihan lain, kursi rotan buatannya tak lagi dilirik pembeli. Usaha yang dirintisnya sejak tahun 1986 pun terancam gulung tikar. Kejadian yang terjadi pada tahun 2000 itu pun menjadi titik balik bagi bapak yang kini berusia 52 tahun tersebut.

Ditemui IDenesia.id di rumahnya di jalan Rajawali 1 no 299 Makassar, Senin, 22 Agustus 2022, Mansyur mengungkapkan semuanya. “Jadi dulu awalnya memang saya buat kursi rotan, pak. Itu pas saya lulu SMA. Saya belajar dari bapakku. Waktu itu kursi rotan disukai sama masyarakat,” terangnya.

Seiring waktu, kendala mulai muncul. Lambat laun, konsumen lanjut Mansyur, mulai beralih ke kursi plastik yang saat itu mulai muncul dengan beragam pilihan model. kursi rotan buatannya pun tak lagi dilirik.

Mansyur tak menyerah. Dia memutuskan berhenti memproduksi kursi rotan dan menggantinya dengan keranjang parcel. “Tahun 2000 itu, pak saya mulai lagi. Saya kerja sama dengan tetangga buat keranjang parcel. Namanya Haji Mayang,” paparnya.

Kini Mansyur bersyukur, usahanya terus membaik. Bahkan di momen tertentu, ia kewalahan meladeni melonjaknya pesanan yang datang. Dalam sehari, Mansyur dapat memproduksi hingga 50 keranjang parcel. Saat bekerja, ia membekali dirinya dengan seperti palu, gunting, paku, serta alat pembentuk rotan yang ia rakit sendiri.

UntUk bahan baku, Mansyur memesannya dari Sulawesi Tengah dengan harga Rp14 ribu per kilogram, sementara untuk rotan yang halus ia beli dengan harga Rp30 per kilogramnya. Harga keranjang parcelnya bervariasi, tergantung bentuk dan ukuran. “Mulai 25 ribu sampe 300 ribu, pak,” ujarnya.

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross