Ilustrasi anak-anak di Korea Selatan (Foto: Unsplash/Rei Kim)

Di Korea Selatan, Anak Baru Lahir Hingga Usia 18 Tahun dapat Tunjangan Hingga Rp1,2 Miliar 

Publish by Redaksi on 4 January 2024

NEWS, IDenesia.id - Pemerintah Kota Incheon, Korea Selatan, mengumumkan penambahan tunjangan untuk anak yang baru lahir senilai 100 juta won atau sekitar Rp1,2 miliar sebagai upaya mengatasi krisis populasi yang tengah terjadi di sana.

Tunjangan berupa subsidi moneter ini akan diberikan secara kumulatif kepada anak yang baru lahir di kota tersebut mulai tahun 2023 hingga mereka mencapai usia 18 tahun.

Program yang diberi nama 100 million + i dream itu berasal dari dana program baru sebesar 28 juta won (Rp331 juta) dan dana 72 juta won (Rp853 juta) yang sudah ditawarkan dalam program sebelumnya. 

Kebijakan ini diumumkan oleh Pemerintah Kota setempat pada 1 Januari 2024, dan direncanakan untuk segera diimplementasikan secepatnya tahun ini.

Nah, penambahan hingga 28 juta won ini sendiri sudah mencakup sejumlah tunjangan yang diberikan lewat dua program yang berbeda, termasuk juga dana 8,4 juta won (Rp99.5 juta) akan diberikan lewat program Angel Support Program, dan 8,8 juta won (Rp104 juta) yang diberikan melalui program Child Dream Allowance.

Angel Support Program merupakan tambahan dari tunjangan bayi yang saat ini diberikan dan memberikan 1,2 juta won (Rp14 juta) per tahun untuk setiap anak antara usia satu hingga tujuh tahun.

Sedangkan, Child Dream Allowance merupakan subsidi untuk anak yang lahir setelah tahun 2024 dengan pembayaran bulanan hingga 19,8 juta won (Rp234 juta), kemudian 150.000 won (Rp1.7 juta) per anak usia 8 hingga 18 tahun.

Lebih dari itu, pemerintah setempat juga berencana menyediakan dana hingga 50.000 won (Rp590 ribu) per bulan per anak yang lahir antara tahun 2016 hingga 2019, dan 100.000 won (Rp1.1 juta) per bulan per anak yang lahir antara tahun 2020 dan 2023, serta subsidi transportasi sebesar 500.000 won (Rp5.9 juta) bagi wanita hamil.

 

Dianggap kurang efektif

Hadirnya tunjangan dengan nilai fantastis tersebut ternyata menuai sejumlah kritik dari rakyat setempat. Mereka menganggap bahwa tunjangan ini bukan merupakan langkah yang efektif untuk menangani krisis populasi yang tengah terjadi di Korea Selatan.

Profesor Kehormatan Spesialis Kesejahteraan dan Studi Anak di Universitas Wanita Sookmyung, Suh Young Sook, berpendapat bahwa dibuatnya program dukungan yang lebih ditargetkan mungkin akan lebih efektif dibandingkan dengan terus menerus meningkatkan angka tunjangan atau subsidi.“Mendorong masyarakat (Korea Selatan) untuk memiliki anak memerlukan kebijakan yang berbeda-beda dan dianggap benar-benar mampu membantu orang tua di luar sana dalam membesarkan anak,” kata Suh Young Sook terkait penambahan tunjangan ini, sebagaimana disadur IDenesia dari laman USS Feeds, Kamis, 4 Januari 2024.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross