Ilustrasi, hujan. (Foto: Pexels-Pixabay).

Di Sulsel, Daerah Ini Pernah Masuk Predikat Hujan Esktrem Hingga Suhu Terendah

Publish by Redaksi on 27 September 2023

NEWS, IDenesia.id - Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah IV Makassar merilis hasil pemantauan, ikhtisar parameter iklim di Sulawesi Selatan dan beberapa daerah provinsi lain. Data yang diungkap ke publik berdasarkan hasil analisis sepanjang bulan Agustus 2023. 

“Halo sobat BMKG. Berikut kami lampirkan infografis Ikhtisar Parameter Iklim Sulawesi-Maluku Periode Agustus 2023 dari BBMKG Wilayah IV Makassar. Demikian kami sampaikan. Terima kasih,” tulis akun Instagram BMKG Sulsel yang dikutip Rabu, 27 September 2023. 

Merujuk dari infografis BMKG, kecepatan angin terbesar, 37.04 km/jam sempat terjadi di wilayah Manado, Sulawesi Utara, pada 7 Agustus 2023. Sementara curah hujan harian tertinggi, 206 mm tercatat pernah terjadi di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, pada 12 Agustus 2023. 

Khusus untuk frekuensi hujan ekstrem terbanyak, 12 dan 20 Agustus 2023, terjadi di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara dan Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Sementara untuk kelembaban terendah, 28 persen, terjadi di Kabupaten Maros, Sulsel pada 20 Agustus 2023. 

Untuk suhu minimum terendah, 14.2 derajat celcius, terjadi di Toraja Utara, Sulsel pada, 30 Agustus 2023. Dan terakhir adalah suhu maksimum tertinggi, 35.9 derajat celcius sempat terjadi di Kabupaten Maros, Sulsel pada 30 Agustus 2023. BMKG juga sebelumnya menyebut, bahwa Makassar sempat menjadi daerah dengan suhu panas tertinggi. 

Situasi itu terjadi pada 2019. "Panas sekarang itu hanya ada di 33 hingga 34 derajat, jadi ini memang masih relatif yah panasnya. Hanya saja karena efek El Nino membuat panas di musim kemarau ini sangat terasa," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah IV Makassar Hanafi Hamsah kepada IDenesia.id, Jumat, 8 September 2023 lalu.

Hanafi menerangkan, Makassar sempat mencatatkan suhu tertinggi sekitar 39 derajat celcius pada bulan Oktober 2019. Hal itu disebabkan oleh dampak pergeseran matahari ke sebelah belahan bumi selatan. “Pada bulan September ada di garis khatulistiwa bergerak ke belahan bumi selatan sehingga panas lebih terasa," terang Hanafi.

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross