Suasana di Cafe Tulus (idenesiafile)

Didirikan dengan Ketulusan, Cafe Tulus Tawarkan Rasa dan Cinta

Publish by Redaksi on 27 August 2022

NEWS, IDenesia.id – Kasat mata, tak ada yang berbeda dari Cafe Tulus dengan café pada umumnya. Tempat hangout yang terletak di jalan Ujung Bori, Kelurahan Antang, Kecamatan Manggala ini sedang ramai dipadati pengunjung ketika IDenesia.id berkunjung, Sabtu 27 Agustus 2022.

Ketika masuk ke dalam cafe yang bingkai pintu kacanya dikelir kuning terang itu, suasana tenang sangat terasa. Beberapa pengunjung duduk membuka gawai sambil sesekali menyeruput minuman pesanannya. Sesekali terdengar tawa dari mereka.

Pemandangan berbeda mulai tampak ketika para pengunjung hendak memesan minum. Di Café Tulus, pemesanan menu dilakukan menggunakan bahasa isyarat atau dituliskan pada selembar kertas. Ini berlaku bagi pengunjung yang tidak menguasai bahasa isyarat. Yang membuat café ini kian menarik karena pengelolanya memberi kesempatan ke para pengunjung untuk belajar Bahasa isyarat. Mereka menyiapkan panduannya.

Seperti cafe yang menyuguhkan kopi kebanyakan, café ini juga menyediakan kopi jenis robusta dan arabica dengan beragam biji kopi single original nusantara. Tentunya ditambah dengan beragam pilihan menu lainnya. Menariknya, penamaan menu di café ini mengadopsi istilah di dalam novel ‘Seperti Sunyi Sendiri’, ‘Bersama Senja’ dan ‘Rangkul Kami’.

Kepada IDenesia.id Taufik, salah satu owner menjelaskan bahwa Cafe Tulus berdiri pada Januari 2022. Ia merintisnya bersama tiga rekannya; Zaenab, Didi dan Fadel.

“Kami mempekerjakan teman-teman disabilitas, khususnya yang tuna rungu, atau yang biasa disebut ‘teman tuli’. Kami khusus mempekerjakan mereka karena kami tahu bahwa teman tuli di luar sulit mendapatkan pekerjaan,” terangnya pria berusia 29 tahun ini.

Taufik menambahkan bahwa lewat kehadiran Café Tulus, mereka mencoba mengedukasi ‘teman tuli’. “Jadi awalnya itu sekitar tahun 2018-2019, saya dan beberapa teman mulai berinteraksi dengan teman-teman tuli untuk mengajarkan mereka audio visual,” ujarnya. Kebetulan Taufik dan rekan-rekannya memang bergerak di bidang tersebut.

Seiring waktu, beberapa tahun kemudian, Taufik menjelaskan bahwa, “Kita dipertemukan sama PLN Peduli yang satu visi sama kita, bagaimana bisa memberdayakan dan bermanfaat bagi masyarakat.”

Momen itu memantik gagasan baru yakni menjadikan ‘teman-teman tuli’ mereka menjadi barista. “Tapi sebelum itu kami edukasi dulu. Jadi kita buatkan pelatihan, awalnya ada 20 orang. Di situ kita latih cara membuat kopi yang baik, bagaimana cara bertutur dengan pelanggan, bagaimana melayani, bagaimana seorang tuli bisa melayani pengunjung umum. Nah itu pelatihannya satu-dua hari,” imbuhnya.

Lanjut Taufik, “Nah setelah itu, kita sudah punya SDM, punya banyak teman-teman tuli yang sudah paham, di tahun berikutnya kita kembali mengajukan ke PLN Peduli untuk membantu merealisasikan hasil pelatihan yang telah didapatkan. Sehingga akhirnya café ini berdiri.”

Kepada IDenesia.id, salah seorang pengunjung mengaku sempat kebingungan ketika pertama kali datang ke Cafe Tulus. Alasannya sederhana, karena sama sekali tidak bisa bahasa isyarat. “Ini pengalaman pertama saya datang ke Café Tulus, suasananya ini bagus. Untuk Café pada umumnya ini sangat beda, mulai dari pelayanannya, kita akan menemui waitresnya yang seperti itu, disabilitas juga, jadi kita harus memesan dengan bahasanya mereka. Awal dilayani teman-teman tuli itu hal yang berbeda, kita harus menulis semacam notes untuk memesan makanan atau minuman yang ada di sini,” jelas cewek berjilbab yang mengaku bernama Ria itu.

Sementara itu, diakhir bincang santainya dengan IDenesia.id di Sabtu siang, Taufik berujar, “Promosi sosial media, kita ada Instagram @cafetulus.id, kemudian tiktok juga ada. Dari situ konten-kontennya bukan sekedar makanan dan minuman, tapi kita mengedukasi juga teman-teman followers Café Tulus untuk bagaimana mengerti kehidupan ‘teman tuli’. juga ada di situ kita mengajar sedikit kata-kata sehari-hari, seperti ‘Selamat Pagi’ atau mengucapkan ‘Dirgahayu Kemerdekaan Indonesia’ pakai Bahasa isyarat. Kemudian ada juga aktivitas-aktivitas lainnya.”

 

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross