Daeng Jarre dan es poteng jualannya (idenesiafile)

Es Poteng Daeng Jarre, Pelepas Dahaga, Penggugur Rindu

Publish by Redaksi on 29 August 2022

NEWS, IDenesia.id – Mungkin banyak generasi jaman now yang tak mengenal kudapan yang satu ini. Namun bagi Anda generasi era 70 hingga 80an dan bermukim di Makassar, tentu tak asing lagi, bahkan mungkin juga rindu dengan es poteng.

Anda bahkan mungkin masih ingat dengan jelas salah satu ciri khas penjual es poteng yakni bunyi lonceng besi yang selalu dibunyikan oleh para penjualnya saat berkeliling jualan. Terbuat dari tape ubi (dalam Bahasa Makassar disebut poteng), campuran es serut dan sirup pisang ambon DHT, es poteng memang kerap dirindukan.

Jajanan tradisional khas Makasar yang makin sulit ditemui ini memiliki cita rasa manis, serta sedikit asam dari bahan fermentasi tape ubi ini sangat cocok disantap di siang hari. Terutama ketika matahari sedang terik, sajian es poteng ini dapat membantu melegakan dahaga dan membuat tubuh terasa lebih segar.

Saat melintas di sekitar jalan Andi Pangerang Pettarani, Senin 29 Agustus 2022, IDEnesia.id beruntung bisa bertemu dengan Daeng Jarre, kakek bercucu tujuh, warga Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, yang tengah menjajakan es poteng dengan menggunakan sepeda kumbangnya.

Di bagian belakang sepeda terdapat sebuah kotak kayu berpenutup yang berisi sepotong es balok dan beberapa botol sirup DHT teratur rapi. Di bagian depan sepeda tergantung ember plastik berisi tape ubi kayu yang ditutupi dengan lembaran daun pisang untuk menjaga kondisinya tetap prima.

Sembari membuat semangkuk es poteng yang dipatoknya seharga Rp5000 pesanan IDenesia.id, dengan dialek khas Makassar, Daeng Jarre mengaku sudah menjual es poteng sejak 20 tahun lalu. Di usianya yang kini menginjak hampir 60 tahun, dari hasil berjualan es poteng yang pendapatannya tak menentu, ia mampu menyekolahkan empat anaknya.

“Empat mi anakku, tujuh cucuku. Sekolah semua ji, sampai SMA. Sekarang ada jadi petani, ada juga jadi buruh harian. Di sini ja keliling, biasa sampai Ballaparang dan Rappocini. Mulai ka’ keliling jam 10 pagi sampai empat sore. Kadang kalo cepat habis, cepat juga pulang tapi lebih sering tidak habis,” tuturnya.

Ia melanjutkan, modalnya berjualan es poteng berasal dari system bagi hasil dengan Haji Yusuf di Kawasan jalan Andi Pangerang Pettarani. “Modalnya sembilan puluh ribu rupiah, untuk es balok dan sirup. Potengnya modal sendiri, bawa dari kampung. Jadi yang dibayar itu Cuma es sama sirup. Tapi kan sirup tidak habis satu hari,” ujarnya.

Saat musim hujan, untuk sementara ia berhenti jualan es poteng dan memilih untuk bertani di kampungnya. Bahan baku poteng lame kayu, di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan, dikenal dengan istilah "ubi mentega", yaitu jenis ubi yang dikenali setelah dimasak, dan rasanya gurih.

Untuk membuat poteng caranya sangat mudah, jika ukurannya terlalu besar maka biasanya dipotong-potong kecil sebelum direbus selama satu jam. Setelah masak, terlihat empuk, lalu didinginkan. Ubi kayu rebus yang sudah didinginkan lalu dimasukkan dalam wadah bersih yang dilapisi daun pisang. Setelah kering baru ditambah ragi manis yang sudah dihaluskan dan difermentasi selama 2-3 hari.

Dikutip IDenesia.id dari berbagai sumber, poteng memiliki banyak manfaat. Diantaranya, untuk menghangatkan tubuh dengan adanya kadar alkohol yang rendah di dalamnya. Selain itu, makanan ringan ini juga menjadi sumber energi karena mengandung karbohidrat yang tinggi. Ditambah lagi, kandungan air yang ada pada tape ubi tersebut mampu menangkal bakteri dan virus yang ada di dalam sistem pencernaan.

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross