Lokasi jualan Es Teler Panaikang di TPU Kristen Panaikang, Makassar (idenesiafile)

Es Teler Panaikang, 43 Tahun Bertahan dengan Rasa

Publish by Redaksi on 11 August 2022

NEWS, IDenesia.id – Berdiri sejak tahun 1979, Es Teler Panaikang masih menjadi pilihan favorit warga yang ingin melepas dahaga sembari menikmati segarnya es teler dengan saus gula merah. Selain rasanya yang tak pernah berubah, sejak puluhan tahun lokasi jualan Es Teler Panaikang juga tak pernah ikut berubah. Letaknya di pintu masuk sisi timur Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kristen Panaikang, jalan Urip Sumoharjo, Kota Makassar. Adalah Haji Abdul Rasyid Lasinrang, pria kelahiran 1934 yang pertama kali merintis lahirnya Es Teler Panaikang.

Seorang perempuan yang ditemui IDenesia.id saat berkunjung ke Es Teler Panaikang, Kamis, 11 Agustus 2022, bercerita banyak hal tentang Haji Abdul Rasyid Lasinrang. "Rasyid itu bapak saya, yang rintis ini es teler. Abdul Rasyid Lasinrang nama lengkapnya. Sudah meninggal mi," tutur perempuan bernama Nurhayati. Ia rupanya anak almarhum Abdul Rasyid. Nurhayati kini yang meneruskan usaha sang bapak.

wanita 55 tahun itu juga menceritakan awal mula usaha kuliner keluarganya. "Bapak mulai jualan tahun 1979," imbuhnya sambil melayani pesanan  para pembeli yang datang silih berganti. Tangannya lincah berpindah dari satu toples ke toples lainnya. Tiap toples yang terbuat dari kaca berisi campuran bahan es teler. Ibu lima anak itu mengaku bapaknya dulu berjualan di kuburan hanya karena lokasi tersebut berdekatan dengan rumah mereka di kawasan Campagaya, Kecamatan Panakkukang.

Nurhayati berkisah, bapaknya memulai bisnis keluarga tersebut dengan susah payah. Menurut kisah, sang bapak dulu memulai usaha bermodal uang sebesar Rp 100. Kala itu, segelas es teler dijual Rp 150. "Terus naik jadi 200 rupiah. Kalo harga bahan naik, pasti dikasih naik juga harganya es teler, tapi naik 50 rupiah ji. Sekarang satu gelasnya sudah 10 ribu rupiah,” jelasnya.

Seiring waktu, usaha Es Teler Panaikang sudah merambah ke beberapa tempat, termasuk di luar Kota Makassar yakni di Kabupaten Gowa, Maros dan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. “Saudara-saudara saya yang mengelola semua cabang yang ada,” papar Nurhayati. Dia juga bilang, "Kalau di Makassar itu ada di Antang, sama di Daya. Jadi total sudah ada lima cabang. Jadi ini bisnis keluarga."

Tentang asal muasal kata ‘Teler’, menurut Nurhayati berasal dari singkatan atas pencapaian usaha sang bapak. “Jadi teler itu singkatan dari ‘TELah bErhasil Rasyid’ di kuburan Panaikang. Begitu bapak saya istilahkan ini jualannya. Jadi bukan kasih teler atau mabuk. Itu singkatan namanya bapak," ungkap Nurhayati sambil tertawa terbahak.

Menurut Nurhayati, tahun 1980 hingga 1990 jadi masa keemasaan usaha tersebut. Kala itu ia masih membantu orang tuanya berjualan. Kursi plastik ditata di areal parkiran TPU Kristen Panaikang. Gerobak terparkir di tepi jalan yang menghubungkan ke kawasan tempat tinggalnya. “Jalan Setapak Kasih, namanya,” terangnya.

Kala itu bisnis orang tuanya mampu meraup keuntungan 5 ribu hingga 6 ribu rupiah per hari. "Sekarang kalau terik matahari, itu bisa enam juta sampai tujuh juta. Kalau musim hujan, tidak tentu, biasa satu juta kadang tiga Juta. Kalau bulan ramadan itu bisa dua kali lipat," sebutnya. Nurhayati beserta saudaranya berharap agar usaha yang susah payah dirintis oleh sang bapak dapat terus bertahan dan berkembang. Ia juga berharap usaha ini dapat diwariskan oleh anak cucu mereka kelak.

Hingga kini Es Teler Panaikang memang masih tetap bertahan di tengah kehadiran beragam pilihan menu yang hadir menggoda lidah para penikmat kuliner di Kota Daeng. Para pelanggannya tetap setia. Mereka datang silih berganti. Alasannya sederhana, karena Nurhayati dan saudaranya tetap mempertahankan rasa yang diwariskan dari sang bapak.  43 tahun berlalu, Es Teler Panaikang hingga kini memang tetap setia dengan cita rasanya.

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross