Ilustrasi, penari Gandrang Bulo yang diperagakan anak-anak. (Foto: Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Parepare).

Gandrang Bulo, Tarian Jenaka Khas Sulsel yang Sarat Pesan Satire 

Publish by Redaksi on 14 October 2023

NEWS, IDenesia.id - Seni tari di Sulawesi Selatan tak lepas dari cerita tentang sejarah perjalanan panjang. Tradisi ini menjadi entitas yang erat kaitannya dengan peradaban masyarakat masa lampau. Salah satu dari sekian banyak tarian yang masih eksis hingga saat ini adalah Gandrang Bulo. Tarian ini diasosiasikan sebagai wadah untuk mengekspresikan diri atau kelompok yang suaranya jarang didengar penguasa. 

Uniknya karena praktik Gandrang Bulo dilakukan dalam nuansa komedi atau jenaka. Secara harfiah Gandrang berarti tabuhan atau pukulan dan Bulo yang berarti bambu. Tarian ini merupakan simbol keceriaan lantaran didalamnya disisipkan berbagai humor yang membuat para penontonnya tertawa. Oleh karena itulah maka para penari yang membawakan tarian ini harus terlihat bahagia.

Dirangkum dari berbagai sumber, Gandrang Bulo sudah dikenal sejak zaman sejak jaman raja-raja Gowa. Pada awalnya, Gandrang Bulo yang hanya berupa tarian dengan permainan musik gendang dan biola dari bambu. Namun pada masa penjajahan Jepang tahun 1941 mulai disisipi dengan dialog-dialog spontan yang disertai gerak gestur tubuh yang kocak oleh para seniman pejuang di zaman kemerdekaan. 

Munculnya kreasi salah satu cara para seniman melawan penjajah, baik Belanda maupun Jepang. Mereka tidak hanya melakukan perlawanan fisik dan kontak senjata, melainkan juga lewat ekspresi kesenian di atas panggung. Lagu-lagu jenaka dalam bahasa Makassar, dialog-dialog humor namun sarat kritik dan ditambah gerak tubuh yang mengundang tawa menjadi latar dalam praktik Gandrang Bulo. 

Tarian Gandrang Bulo ini selalu mengikuti perkembangan zaman. Sekitar 1942, ketika perang melawan penjajah berkobar, kaum seniman pun tak mau kalah. Mereka membangun basis-basis perlawanan dari atas panggung. Ganrang Bulo pun disulap bukan sekadar tari-tarian, melainkan tempat pembangkit semangat perjuangan dengan mengejek dan menertawakan penjajah dan antek-anteknya. 

Gandrang Bulo, ketika itu, lantas menjadi kesenian rakyat yang amat populer. Baru sekitar akhir 1960-an, Gandrang Bulo mengalami kreasi ulang. Mulai saat itu Gandrang Bulo dikenal dalam pentas-pentas tarian dalam acara-acara seremonial. Ganrang Bulo macam inilah yang belakangan ini kerap tampil di acara-acara resmi pemerintah. 

Namun begitu, walaupun mengalami berbagai perubahan, Ganrang Bulo tak pernah kehilangan tempat. Grup-grupnya tersebar di berbagai tempat seperti Gowa, Makassar, Maros, dan Takalar. Gandrang Bulo menjadi tempat bebas seniman kampung mengekspresikan problem mereka sehari-hari. Pejuang kesenian inilah yang berdedikasi untuk terus mempertahankan eksistensi Gandrang Bulo sebagai identitas Sulsel, dan Makassar pada khususnya. 

Sumber: Kemendikbud RI - Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkumham RI

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross