Sebuah tali yang digunakan untuk sebuah hukuman mati di Afghanistan, sebagai ilustrasi. Di Asia Tenggara, Indonesia mencatatkan jumlah rerata bunuh diri 3,7 orang per 100 ribu populasi.

Generasi Strawberry, Tingkat Depresi dan Kecenderungan Bunuh Diri

Publish by Redaksi on 21 March 2023

NEWS, IDenesia.id - Kasus bunuh diri kembali terjadi. Mahasiswi Universitas Indonesia mengakhiri hidup beberapa hari sebelum wisuda. Kasus tersebut menambah deretan kasus bunuh diri di kalangan siswa dan mahasiswa di Tanah Air. Benarkah ini konsekuensi dari generasi rapuh?

Cempaka (bukan nama asli) berkisah tentang kawan kuliahnya yang mengalami depresi akibat putus cinta.

“Dia nangis berhari-hari setelah putus, sering histeris. Pernah kabur dari kos, jalan kaki. Saya ikuti dari belakang, karena khawatir keadaannya. Dia tidak mau pulang, sampai jam sebelas malam jalan kaki,” kata Cempaka kepada VOA.

Tentu Cempaka mengkhawatirkan kondisi mental kawannya yang sedang putus cinta itu. Mereka dulu sempat tinggal satu kos, tetapi kemudian terpisah karena kawannya cenderung menarik diri setelah mengalami tekanan akibat putus cinta.

Meski sekadar cerita percintaan, kisah semacam ini bukan persoalan sepele.

“Dia bilang ke saya, kalau dia merasa sendiri, dan dia juga bilang kalau merasa ingin bunuh diri,” kata Kartika (nama samaran) dosen yang dekat dengan mahasiswa itu.

Kartika menyarankan mahasiswa itu untuk menemui konselor professional karena dia sadar tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk memberikan pendampingan.

Banyak kasus bunuh diri berawal dari depresi yang tidak menemukan jalan keluar, baik karena masalah asmara, keluarga, kuliah atau pertemanan. Di kalangan mahasiswa saja, sepanjang setahun terakhir bisa ditemukan pemberitaan bunuh diri yang tersebar di banyak kota. Pada September 2022, di Semarang setidaknya ada dua mahasiswa bunuh diri dan satu mencoba bunuh diri, dengan dua kasus disebabkan putus cinta.

Kasus serupa juga terjadi di Kediri, Makassar dan Jambi karena tugas kuliah. Mahasiswa di Universitas Gadjah Mada akhir tahun lalu juga bunuh diri, begitu pula dengan mahasiswa Universitas Indonesia yang mengakhiri hidup pekan lalu, hanya beberapa hari sebelum wisuda.

Kasus bunuh diri juga terjadi pada siswa sekolah, baik di tingkat menengah pertama maupun menengah atas.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memprediksi depresi akan menjadi masalah gangguan kesehatan utama. Bunuh diri, yang menjadi isu ikutan, menjadi topik kesehatan serius. Pada 2019 diperkirakan ada 800 ribu orang meninggal akibat bunuh diri di seluruh dunia. WHO memang mengaitkan perilaku bunuh diri, baik itu ide, rencana, dan tindakan bunuh diri, dengan berbagai gangguan jiwa, seperti depresi. Ada 55 persen orang depresi yang memiliki ide untuk bunuh diri.

Di Asia Tenggara, Thailand mencatatkan jumlah rerata bunuh diri tertinggi, yaitu 12,9 orang per 100 ribu populasi, disusul Singapura (7,9), Vietnam (7,0), Malaysia (6,2), Indonesia (3,7), dan Philipina (3,7).

Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), sebuah survei kesehatan mental yang dipublikasikan akhir 2022 menyebut, satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental, dalam angka itu adalah 15,5 juta remaja. Sementara survei itu juga menemukan, satu dari dua puluh remaja Indonesia atau 2,45 juta remaja, memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.

Sayangnya, hanya 2,6 persen remaja dengan masalah kesehatan mental mau menggunakan fasilitas konseling.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross