Orang-orang menunggu distribusi makanan di kamp pengungsi di Lycée Marie Jeanne di Port-au-Prince pada tanggal 30 September. (Foto: AFP)

Geng Haiti Serang Ibu Kota, 70 Tewas, 16 Luka Parah

Publish by Redaksi on 5 October 2024

NEWS, IDenesia.id—Geng Gran Grif di Haiti mengamuk dan membunuh sedikitnya 70 orang di Pont-Sonde. Di antara yang tewas termasuk tiga bayi.

Orang-orang bersenjata itu menyerbu kota Haiti sambil menembakkan senapan otomatis ke penduduk. Selain korban meninggal, 16 orang lainnya terluka parah.

PBB menyebut serangan geng tersebut juga memaksa 3.000 penduduk mengungsi.

"Kami sangat terkejut dengan serangan geng di kota Pont-Sonde di departemen Artibonite Haiti," kata juru bicara PBB Thameen Al-Kheetan dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir IDenesia dari The New Zealand Herald, Sabtu, 5 Oktober 2024.

Para anggota geng yang melakukan serangan pada dini hari kemarin dilaporkan membakar sedikitnya 45 rumah dan 34 kendaraan, yang memaksa penduduk untuk mengungsi. Dalam insiden itu,  dua anggota geng terkena tembakan selama baku tembak dengan polisi Haiti.

Amuk geng itu merupakan tanda terbaru dari konflik yang memburuk di negara Karibia tersebut. Geng bersenjata menguasai sebagian besar ibu kota Port-au-Prince dan meluas ke wilayah-wilayah di sekitarnya, memicu kelaparan dan membuat ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal, sementara negara-negara tetangga terus mendeportasi migran kembali ke negara tersebut.

"Kejahatan keji terhadap perempuan, laki-laki, dan anak-anak yang tak berdaya ini bukan hanya serangan terhadap para korban, tetapi juga terhadap seluruh bangsa Haiti," kata Perdana Menteri Garry Conille di X.

Conille menambahkan bahwa pasukan keamanan memperkuat intervensi mereka di daerah tersebut.

Kantornya mengatakan rumah sakit umum di dekat Saint-Marc sedang meningkatkan kapasitas untuk merawat yang terluka.

Siaran TV daring Haiti menunjukkan pasukan keamanan bergerak ke Pont-Sonde, tempat sebuah kendaraan yang terbakar di jalan dan selongsong peluru dikumpulkan di tanah.

Dalam pesan audio yang dibagikan di media sosial pada hari Kamis, pemimpin Gran Grif Luckson Elan, yang dijatuhi sanksi oleh PBB bulan lalu, menyalahkan negara dan para korban atas serangan tersebut.

Ia menuduh penduduk tetap bersikap pasif sementara para pejuangnya dibunuh oleh polisi. "Penduduk Pont-Sonde-lah yang bersalah. Apa yang terjadi di Pont-Sonde adalah kesalahan negara," katanya.

PBB menuduh geng Elan melakukan pembunuhan, pemerkosaan, penculikan massal, perampokan, perusakan properti, pembajakan truk, dan memaksa petani meninggalkan lahan mereka, sambil mengancam akan membunuh mereka jika mereka kembali.

Menurut Dewan Keamanan PBB, Gran Grif juga telah melakukan perekrutan anak-anak dalam jumlah tertinggi di Haiti.

PBB yakin geng-geng Haiti sebagian besar dipersenjatai dengan senjata yang diselundupkan dari Amerika Serikat.

Sistem peradilan Haiti telah lumpuh selama bertahun-tahun. Menurut PBB, tidak ada kemajuan yang dicapai dalam kasus-kasus pembunuhan massal yang dilakukan sejak 2021 serta beberapa pembantaian besar sejak 2017. Polisi diduga terlibat dalam beberapa pembantaian.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross