Sukma (tengah) saat berada di rumah singgah (ist)

Ini Alasan yang Mengantar Sukma Menjadi Relawan Peduli Anak Kanker

Publish by Redaksi on 5 September 2022

News, IDenesia.id -  Sukma kini berusia 22 tahun. Gadis bernama lengkap Sukma Jaya Putri ini sejak tahun 2018 memilih mengisi hari-harinya sebagai relawan di Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia, sebuah yayasan yang peduli terhadap anak penderita kanker.

Keseharian Sukma mulai berubah setelah ibunya divonis mengidap penyakit kelenjar getah bening. Kecintaannya pada sang ibu membuatnya belajar banyak hal, terutama yang terkait dengan penyakit yang sedang diderita ibunya.

Dia bahkan memutuskan mengikuti kegiatan Berani Gundul yang digelar oleh Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia tahun 2018 silam. Ia memilih ikut memangkas habis rambutnya lantaran melihat kondisi ibunya yang rambutnya tak bisa dipanjangkan lagi. Dan keputusannya untuk ikut terlibat dalam kegiatan Berani Gundul itu pulalah yang mengantar Sukma menjadi seorang relawan yang fokus mendampingi anak-anak penderita kanker.

Kepada IDenesia.id yang menghubunginya via telepon, Sukma bercerita "Setelah kegiatan Berani Gundul itu, saya belajar arti perjuangan, kerja sama, sabar seorang ibu dan anak. Ternyata saya tidak sendiri,  malah banyak yang lebih parah dibanding saya dan mamaku. Terus dari situ saya juga belajar kemo (kemoterapi, red) alami itu apa-apa saja, pantangan-pantangan yang sama sekali tidak boleh dimakan. Itu saya lakukan supaya saya bisa rawat sendiri mamaku," tutur Sukma, Sabtu 3 September 2022.

Kini Sukma menghabiskan waktunya yang tersisa untuk merawat dan menemani anak-anak penderita kanker. Sukma tidak sendiri, ia bersama rekan relawan lainnya merawat anak-anak yang tengah menjalani pengobatan hingga ke fase pemulihan.

"Di yayasan ada rumah singgah, jadi kadang banyak orang dari daerah yang datang. Biasa anak-anak itu tak ada yang temani, terutama saat orang tua mereka sibuk urus administrasi dan sebagainya. Jadi kita relawan yang temani anak-anak itu. Ada yang temani di rumah sakit, ada juga yang temani di rumah singgah. Kadang juga yang di rumah sakit tiba-tiba butuh darah, kita yang bantu ke PMI cari darah. Termasuk bantu kebutuhan lainnya sampai anak itu selesai operasinya sama perawatannya di rumah sakit," kata Sukma menerangkan tugasnya sebagai relawan peduli anak kanker.

Salah satu rutinitas lainnya sebagai relawan yang Sukma lakoni yakni menemani anak-anak penderita kanker di rumah singgah. Di situ Sukma dan rekan-rekannya memberikan semangat, menemani bermain hingga berbagi pengetahuan umum. "Jadi anak-anak yang sakit masih bisa terpenuhi hak-haknya, selain bermain mereka masih tetap bisa belajar," terang Sukma.

Sebagai relawan, Sukma mengaku telah melewati begitu banyak kisah. Suka dan duka, susah dan senang saat berada di tengah-tengah anak penderita kanker. Namun menurutnya yang paling menyakitkan ketika ada anak penderita kanker yang meninggal dunia. "Sakit sekali rasanya. Bagaimana tidak sakit rasanya kalau sudah terjalin hubungan emosional sama itu anak yang siang malam kita temani main, belajar, trus tiba-tiba drop dan meninggal. Itu biasa saya sampai menangis sekali, apa lagi kalau liat orang tuanya. Saat itu kami para relawan, meski juga sedih tapi harus tetap menemani sang orang tua, meminta mereka agar sabar dan ikhlas," katanya.

Menjadi relawan bagi Sukma merupakan hal yang luar biasa. Ia mengaku mendapat banyak pelajaran berharga tentang arti sabar. "Saya bersyukur sekali bisa jadi relawan. Banyak hal yang bisa saya pelajari dan itu sangat berharga bagi kehidupan saya. Bagaimana kita bisa selalu bersabar, bersyukur, lebih menghargai orang lain, saling bantu. Di sini juga saya belajar bagaimana bisa maksimalkan rawat mamaku. Sampe sekarang alhamdulillah mamaku sehat mi. Kita memang harus pintar-pintar bersyukur sama sabar, " tutup Sukma.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross