Kawasan Rammang-rammang, Kabupaten Maros, Sulsel. (Dok/Jadesta Kemenparekraf).

Intip Pesona 7 Desa Wisata di Sulsel yang Masuk 75 besar ADWI Kemenparekraf

Publish by Redaksi on 15 July 2023

NEWS, IDenesia.id - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah memasukkan tujuh desa, di Sulawesi Selatan dalam 75 besar peraih Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023. ADWI merupakan program dari Kemenparekraf dalam rangka memberikan apresiasi kepada masyarakat penggerak sektor pariwisata.

Khususnya dalam upaya percepatan pembangunan desa, mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa. Desa ini dianggap menjadi salah pendorong kebangkitan dan daya tarik untuk mengembangkan daerah setempat. Dilansir dari laman Kemenparekraf, Sabtu, 15 Juli 2023, ini dia pesona tujuh desa wisata di Sulsel peraih ADWI 2023:

Hutan Mangrove Lantebung. Lokasinya terletak di Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar. Tempat ini mengusung konsep ekowisata dengan tanaman bakau. Dari sisi lokasi, Desa Wisata Lantebung pun tergolong mudah dijangkau karena berjarak sangat dekat dengan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Jaraknya sekitar 13 kilometer. Selain hutan mangrove, Desa Lantebung juga membangun lorong wisata berwarna-warni, sehingga jalanan menuju hutan Mangrove dipenuhi dengan warna ceria yang menghiasi jalur. Pada umumnya, mereka yang telah mengunjungi tempat ini berpendapat bahwa Lantebung adalah salah satu tempat yang cocok menenangkan diri sejenak dari aktivitas dan hiruk pikuk kota yang mulai menjemukan. Terlebih saat akhir pekan, kawasan ini biasanya ramai dikunjungi wisatawan. Baik domestik hingga mancanegara.

Balla Barakkaka Ri Galesong (BBrG). Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, berarti Rumah Berkah atau Rumah Diberkahi di Galesong. Tempat ini merupakan destinasi wisata berbasis budaya dan konstitusi. Desa Wisata ini berlokasi di Desa Galesong Baru, Kabupaten Takalar. BBrG ini diinisiasi oleh Prof. Aminuddin Salle Karaeng Patoto, Guru Besar Bidang Hukum yang kembali ke kampung halamannya untuk mengembangkan dan memberdayakan serta melestarikan budaya dan nilai kearifan lokal dengan konsep Appaka Sulapa.

Desa Wisata Tompo Bulu di Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep. Lokasinya berada dalam gugusan batu karst terbesar kedua dunia setelah Cina. Menjadi bagian dari kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN-Babul) desa dengan segudang potensi wisata. Seperti wisata pendakian Gunung Bulusaraung yang ikonik dan menjadi tujuh site wisata andalan. TN Babul, telah lama dikenal dikalangan pendaki Indonesia bahkan mancanegara dan merupakan bagian dari gunung tertinggi keempat di Sulawesi Selatan. Lokasi ini sekaligus telah masuk dalam Taman Bumi Geopark Maros-Pangkep. Selain itu ada pendakian Batu Putih, Air Terjung Tombolo, gua horisontal seperti Marakallang, Passosoang Tunabbaka, Panrandare, gua batu putih dan gua vertikal Paenre. Pemantauan satwa pun menjadi bagian dari keunikan desa dimana terdapat hewan endemik Sulawesi seperti tarsius, macaca maura, burung rangkon, elang Sulawesi dan masih banyak lainnya di Desa Tompo Bulu.

Rammang-rammang di Kabupaten Maros. Lokasinya berada di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa. Hanya sekitar 30 menit dari pusat Kota Maros. Destinasi wisata Rammang-rammang merupakan salah satu dari 3 wisata alam kars tercantik dan terpanjang di dunia selain Cina dan Vietnam, dan merupakan wisata berkelanjutan dan berfokus pada kesejahteraan masyarakat lokal. Bukan hanya pesona karst, Desa Wisata Rammang-rammang juga memanjakan mata pengunjung dengan wisata alam di Kampung Berua dan Kampung Laku. Spotnya kita diajak untuk menyusuri sungai dengan perahu jolloro. Di sini kita disuguhkan pemandangan pohon nipa dan bakau, taman batu, hutan batu, telaga bidadari, sosokeng, dan sepak labbua. Wisata Prasejarah berupa situs dan goa prasejarah, wisata minat khusus (Bird Watching, Bad Watching, River Tour, Night Tour), dan wisata seni budaya di Kampung Massaloeng menambah daya tarik tersendiri. Berbagai kuliner dan kerajinan khas dari bahan alami lokal menambah potensi wisata Rammang-rammang. Di kampung Berua inilah yang menjadi salah satu ikon daya tarik wisata alam yang ada di Wisata Rammang-rammang.

Desa Wisata Andalan Lembanna di Desa Ara, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Desa wisata Lembanna memiliki spot utama tebing Batu Tongkarayya, nama ini diambil dari bahasa lokal konjo ARA yang berarti reruntuhan batu yang jatuh ke laut dan tersebar di sepanjang pantai ini. Spot lain yang tak kalah menariknya adalah Pantai Mandala Ria dengan pesona airnya yang jernih serta pasirnya yang putih lembut. Belum lagi tebing Mattoanging yang bertengger di atasnya. Dimana pengunjung dapat menikmati hamparan laut teluk Bone dan Laut Banda serta Tanjung Bira yang dapat kita saksikan diatasnya. Serta satu lagi yang paling istimewa yaitu, keberadaan Gua Purbakala Passea yang kesemuanya telah terhubung atau terintegrasi dengan baik. Hal ini semakin meningkatkan daya saing Desa Lembanna sebagai tujuan utama wisatawan dan diharapkan akan menjadi desa Wisata Andalan Sulsel, di masa depan.

Desa Agrowisata Kassi. Terletak di kawasan pegunungan Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, menjadikan Desa Kassi sebagai pertumbuhan agro yang subur dengan curah hujan yang memadai. Di sini kamu dapat menemukan beragam tempat yang menyenangkan. Salah satunya adalah permandian atau kolam renang yang di buat oleh pemerintah desa untuk menunjang agrowisata. Di sekitar kolam renang terdapat perkebun warna yang selain bisa memanjakan pengunjung, kita juga bisa memetik dan memanen secara langsung bersama masyarakat atau petani. Bukan hanya itu, kolam ini dilengkapi dengan permandian orang dewasa, anak-anak, aula pertemuan, kafetaria, tempat makan dan homestay.

Desa Wisata Rinding Allo di Kabupaten Luwu Utara. Berada di kawasan pegunungan Luwu Utara, Kecamatan Rongkong. Lokasinya yang terletak di ketinggian 1600 Mdpl, menawarkan panorama indah mempesona dibalut udara sejuk di siang apalagi malam hari. Di tempat ini budaya dan kearifan lokal masyarakatnya masih terjaga. Masyarakat Desa Rinding Allo bermata pencaharian petani sawah dan perkebunan serta sebahagian masih menggeluti budaya menenun. Perkampungan Rinding Allo dikelilingi sawah dan perkebunan hortikultura. Sebagian rumah-rumah warga dijadikan rumah tenun untuk memproduksi kain tradisional Tenun Rongkong. Kain ini merupakan salah satu identitas kejayaan peradaban kerajaan Luwu di masa lampau. Sudah menjadi hal yang lumrah jika para wisatawan yang berkunjung ke desa Rinding Allo akan merasakan pengalaman hidup dalam suasana pedesaan yang asri. Wisatawan akan menginap di homestay bersama warga dan akan menikmati kebiasaan hidup warga desa. Mulai memasak di dapur tungku menggunakan kayu bakar. Menangkap ikan di sungai dekat sawah hingga belajar menanam padi. Tim Kemenparekraf menyebut tempat ini sebagai representasi dari Swiss dan Austria.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross