Pada tanggal 27 Maret 2009 dini hari, wilayah Situ Gintung mengalami hujan deras yang menyebabkan pihak keamanan memberikan peringatan bahaya banjir sekitar pukul 02.00. (Foto : Dira Derby / TangerangNews).

Jebolnya Tanggul Situ Gintung 27 Maret 2009, 100 Orang Tewas Dan Membuat Ratusan Rumah Rusak

Publish by Redaksi on 27 March 2023

NEWS, IDenesia.id - Pada tanggal 27 Maret 2009 dini hari, wilayah Situ Gintung mengalami hujan deras yang menyebabkan pihak keamanan memberikan peringatan bahaya banjir sekitar pukul 02.00. Namun, tidak ada tindakan lanjut pengamanan hingga terjadi kebobolan tanggul selebar 30 m dengan ketinggian 6 meter pada sekitar pukul 04.00 WIB.

Kemudian sekitar 2,1 juta meter kubik air melanda pemukiman yang terletak di bawah tanggul. Korban meninggal sedikitnya 99 orang dan diperkirakan catatan ini masih akan berubah.

Wilayah seluas 10 hektar di Cirendeu menjadi porak-poranda diterjang air bah yang datang seperti tsunami. Jebolnya tanggul buatan Belanda 1932-1933 ini menghancurkan perumahan warga di Kampung Poncol dan Kampung Gintung. Sekitar 300 rumah yang ada di wilayah itu rusak dan hancur.

Sementara itu, banjir melanda Perumahan Bukit Pratama dan Perumahan Cirendeu Permai yang terletak di tepi Kali Pesanggrahan. Akibat jebolnya tanggul, terlihat air situ yang kedalamannya mencapai 10 meter nyaris habis terkuras. Air hanya tersisa dalam cekungan kecil yang masih ada di dasar situ.

Johana (29), warga RT 01 RW 08 Kampung Gintung, mengatakan, banyak warga Kampung Gunung yang tinggal di bawah tanggul sudah tahu ada tanda-tanda banjir karena air sudah mulai menggenangi rumah warga.

Saderih (55), Ketua RW 11 Kampung Gunung, Cirendeu, mengatakan, sejak 10 tahun terakhir Situ Gintung sebenarnya mulai menunjukkan tanda-tanda rusak. Tanggul pun tampak mulai retak. Sekitar tujuh bulan lalu danau direhabilitasi dengan dikeruk. Namun, sebulan lalu, proyek itu berhenti meskipun belum selesai.

Hal senada diungkapkan Direktur Bidang Sumber Daya Lahan Kawasan dan Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Sutopo Purwo Nugroho.

Saat ia melakukan survei di Situ Gintung sebagai anggota tim peneliti untuk pembangunan waduk resapan di wilayah Jabodetabek pada Desember 2008, sudah ada banyak longsoran kecil dan rembesan di sepanjang tanggul. Oleh karena itu, revitalisasi diarahkan ke bagian hulu lebih dulu, yaitu tempat masuknya air dari sejumlah anak sungai Kali Pesanggrahan ke Situ Gintung.

Sementara itu, peneliti dari Pusat Bencana Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Amien Widodo menyebut ada tiga faktor penyebab bencana, seperti diberitakan Harian Kompas, 1 April 2009. Ketiga faktor itu adalah faktor internal (kondisi tanggul), faktor eksternal (bencana lain seperti gempa, longsor, dan hujan besar), dan faktor manusia (pembangunan sekitar tanggul, pembabatan hutan, dan sebagainya).

Menurutnya, sekitar Situ Gintung sudah sejak lama tak ada hutan. Dari data kajian kualitas air dan pemanfaatan air situ untuk waduk resapan 5 Desember 2008, Widodo mengatakan pada bagian tanggul yang jebol telah didapati erosi buluh (piping). Erosi itu diduga sudah lama terjadi karena muncul mata air di bawah tanggul. Rembesan air ke dalam kapiler retakan menyebabkan kapiler bertambah besar. Akibatnya, terjadi deformasi struktur saluran buang.

Dorongan massa air menyebabkan badan tanggul longsor karena kapiler (retakan kecil) terisi air. Ketika bagian atas tanggul longsor, beban massa air berpindah ke bawah sehingga bagian dasar tanggul tergerus. Ini mengakibatkan tanggul jebol hingga sekitar 20 meter tingginya.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross