Ilustrasi, penenun Lipa'Sabbe. (Foto: Kemendikbud RI).

Legenda Keterampilan Menenun Masyarakat Bugis: Dari Selembar Sarung di Pinggir Danau Tempe

Publish by Redaksi on 21 November 2023

NEWS, IDenesia.id - Dalam tradisi masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan, kain sarung khas disebut dengan Lipa’ Sabbe. Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai sarung sutera. Salah satu corak atau motif Lipa' Sabbe adalah kotak-kotak yang dimaknai sebagai Sulapa Appa. Meliputi tanah, air, udara, tanah dan angin. Ada juga Cure’ Lebba bermotif kotak besar sebagai simbol Tepu atau Sokku yang mengandung arti bahwa masyakat Bugis punya wawasan luas dan bisa beradaptasi dimana saja.

Kain sarung Bugis diklaim merupakan hasil karya dari persilangan budaya melalui jalur perdagangan dunia sejak abad XIV hingga XVII. Lipa’ Sabbe bahkan sudah terkenal di seluruh masyarakat Indonesia karena ciri khas dari kain tradisionalnya. Menurut legenda, masyarakat Bugis percaya bahwa keterampilan menenun nenek moyang mereka diilhami dari sehelai sarung yang ditinggalkan oleh para dewa di pinggir danau Tempe.

Dan di desa-desa yang terletak di pinggiran danau Tempe itulah, kain tenun Bugis yang sangat bagus dibuat. Bahan sandang pada masa lampau, tidak pernah bisa lepas dari fungsi sebagai pelengkap kebutuhan budaya. Ini pula yang terjadi pada kain sarung Bugis. Selain menjadi pakaian sehari-hari, kain sarung Bugis, digunakan untuk kelengkapan upacara yang bersifat sakral, juga sebagai hadiah untuk mempelai perempuan dari mempelai laki-laki.

Kain tradisional yang berupa sarung ini memiliki corak garis-garis yang indah, dan terbuat dari sutera yang diproduksi oleh masyarakat Bugis sendiri. Masyarakat Bugis dari desa Tajuncu di Sulawesi Selatan sudah menggunakan cara modern dalam pengembangbiakan ulat sutera, untuk memenuhi kebutuhan benang para penenun di desa Sempange, Kabupaten Wajo yang merupakan pusat pembuatan kain tenun di Sulsel.

Cara memakai sarung bagi laki-laki disebut dalam istilah Bugis ma’bida, sarung dipakai pada bagian pinggang dililitkan ujungnya kemudian diikat (dirippung). Talibennang merupakan kelengkapan pakaian bagi laki-laki berupa ikat pinggang atau sabuk. Talibennang umumnya digunakan sebagai tempat untuk mengaitkan keris pada saat diselipkan pada pinggang. Sedangkan bagi perempuan menggunakan lipa’ sabbe dan baju bodo.

Sumber: Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkumham RI - Warisan Budaya Kemendikbud

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross