Lopi Sandeq.

Lopi Sandeq, Perahu Layar Tercepat di Dunia Peninggalan Suku Mandar

Publish by Redaksi on 10 November 2022

NEWS, IDenesia.id - Sejak ribuan tahun sebelum masehi, bangsa Indonesia telah berlayar mengarungi lautan. Pada zaman itu, para pelaut tanah air menjelajahi samudra hanya dengan perahu layar. Memang sederhana, tapi transportasi inilah yang membantu pergerakan ekonomi penduduk karena perdagangan kala itu berpusat di wilayah perairan.

Nah, omong-omong soal menaklukkan laut, Mandar ahlinya. Suku yang penduduknya kini banyak menetap di pesisir Sulawesi Barat itu terkenal dengan lopi sandeq, perahu layar tanpa mesin tercepat di dunia. Memanfaatkan hembusan angin, kecepatan maksimalnya bahkan bisa menyentuh 20 knot atau 40 km/jam dengan ketahanan mencapai 30 tahun.

Ribuan tahun lamanya mayoritas masyarakat suku Mandar bekerja sebagai nelayan. Maka, untuk menunjang pencaharian sehari-hari, mereka pun menciptakan berbagai transportasi laut, salah satunya perahu bercadik dengan layar.

Mulanya mereka membuat olang mesa dengan layar segi empat atau sobal taja. Lalu, pakur yang juga memakai sobal taja, tapi ukurannya lebih besar daripada olang mesa. Namun, dua kapal tersebut geraknya sangat lambat. Oleh sebab itu, pada 1930 nelayan suku Mandar bahu membahu menciptakan perahu sandeq dengan layar segitiga. Ternyata, laju perahu yang satu ini sangat cepat, bahkan tercepat dari perahu layar yang pernah ada, dikutip dari Warisanbudaya.kemdikbud.go.id.

Walau tak bermesin, perahu warisan dari migrasi suku Austronesia ini telah membawa masyarakat suku Mandar melayari laut selama lebih dari 3.000 tahun. Ia bahkan tercatat sebagai warisan budaya tak benda Indonesia dari 2014.

Sejumlah peneliti dari masa lampau telah menuliskan dalam catatan pengamatan mereka tentang kebesaran lopi sandeq.

Melansir Indonesia.go.id, seorang peneliti kemaritiman asal Jerman Horst Hibertus Liebner mengakui bahwa Mandar itu suku paling pemberani. Ia mengaku telah mengamati budaya kelautan Sulawesi sepanjang tiga dekade.

Dalam bukunya yang berjudul "Perahu-perahu Tradisional Nusantara", Horst menceritakan bagaimana pelaut Mandar yang hanya berbekal perahu sandeq, mampu menyusuri lautan selama berhari-hari hingga ratusan kilometer dari kampung mereka.

Kemudian, dalam buku Bugis Navigation (1999) karya seorang guru besar Ohio University bernama Gene Ammarell, digambarkan bahwa sandeq itu sejenis perahu kayu bercadik yang ramping. Panjang perahu ini biasanya mencapai 12 meter, lebar 1 meter, dengan kedalaman berkisar 1,2 meter.

Paccong atau kepalanya berbentuk runcing. Inilah yang menjadi awal mula perahu tersebut dinamakan sandeq, dalam bahasa Mandar berarti runcing atau tajam.

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross