Masyarakat Enrekang antusias saat mengikuti ritual adat Maccera Manurung. (Foto: Warisan Budaya Tak Benda-Kemendikbud RI).

Maccera Manurung, Upacara Adat di Sulsel yang Hanya Digelar 8 Tahun Sekali

Publish by Redaksi on 16 November 2023

NEWS, IDenesia.id - Ada satu tradisi di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan yang hanya dilaksanakan setiap delapan tahun sekali. Yakni Maccera Manurung. Secara etimologi, Maccera adalah darah atau menyembelih hewan untuk dikurbankan. Sementara Manurung berarti orang yang datang dari kayangan atau orang yang berasal dari ketinggian. 

Intinya Maccera Manurung adalah ritual untuk mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas keberhasilan masyarakat dalam sektor pertanian. Salah satunya adalah hasil panen yang melimpah. Di Enrekang, ritual ini erat kaitannya dengan sejarah peradaban masyarakat di Desa Kaluppini, Kecamatan Enrekang. 

Upacara ini berlangsung selama empat hari berturut-turut. Adapun larangan (pamali) yang tidak bisa di lakukan pada saat di area Maccera Manurung, adalah: memakai pakaian berwarna kuning; merokok; memakai mas; memakan ubi jalar, kacang tanah, kambing dan kerbau putih; membawa atau menyalakan lampu senter atau lampu sorot lainnya; dan membawa senjata tajam. 

Upacara adat ini dipimpin oleh tetua adat setempat dan berlangsung dalam beberapa tahapan. Proses awal yaitu menabuh gendang semalam suntuk tujuannya untuk membangkitkan tanah. Masyarakat meyakini tanah adalah inti dari seluruh jagad. Pada hari pertama acara khususnya hari Jumat, pada saat itulah masyarakat melakukan salah satu bagian dari Maccera Manurung yaitu Mapanongo Gandang yang artinya membawa turun gendang. 

Dimana gendang tersebut dikeluarkan dari masjid, lalu dijemur sebentar di atas batu, kemudian digantung. Setelah itu gendang dipukul satu sekali sebagai peresmian pembukaan acara Maccera Manurung. Ritual selanjutnya yaitu Liang Wae, yakni mengeluarkan air dari pusat bumi. Ritual ini diawali dengan berdoa di sebuah lubang tempat air keluar. Lubang tersebut apabila airnya diambil tidak akan berkurang dan tidak pula bertambah. 

Masyarakat setempat meyakini air tersebut membawa berkah. Air itu pun akan menjadi rebutan oleh masyarakat. Acara keesokan harinya adalah Ma'peong yaitu memasukkan beras ketan ke dalam bambu kemudian disiram santan lalu di bakar. Acara Ma'peong ini sebagai sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang telah diperoleh masyarakat. 

Puncak dari tradisi Maccera Manurung yakni dengan melakukan hajatan penyembelihan hewan berupa kerbau, sapi, dan ayam yang jumlahnya sangat banyak. Dimana daging tersebut dimasak secara bersama-sama dan bumbunya hanya berupa garam. Daging ini nantinya akan dibagikan ke setiap masyarakat yang hadir untuk dimakan bersama dengan menggunakan daun jati. Berakhirnya acara hajatan ini, maka berakhir pula acara Maccera Manurung.

Sumber: Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual - Kemenkumham RI dan Warisan Budaya Tak Benda - Kemendikbud RI

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross