Perahu (julung-julung) yang sudah dihias diangkut dengan gotong royong menuju sungai Cikoang (Foto: Wikipedia)

Maudu' Lompoa, Tradisi Maulid Nabi Muhammad di Takalar

Publish by Redaksi on 21 March 2024

NEWS, IDenesia.id - Masyarakat di Sulawesi Selatan, khususnya di Cikoang, Kabupaten Takalar memiliki tradisi yang khas yakni peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Tradisi itu bernama Maudu' Lompoa yang dalam bahasa Makassar maudu' artinya maulid dan lompoa artinya besar, sehingga Maudu' Lompoa berarti maulid besar.

Berikut penjelasan terkait Maudu' Lompoa yang dilansir IDenesia.id dari laman resmi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kamis, 21 Maret 2024.

Sejarah Tradisi Maudu Lompoa

Tradisi Maudu’ Lompoa mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian besar penduduk Indonesia, namun tidak untuk masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan.

Tradisi Maudu’ Lompoa atau Maulid Akbar merupakan puncak perayaan dari peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan oleh masyarakat di Desa Cikoang, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan setiap tanggal 29 Rabiul Awal.

Tradisi ini menjadi istimewa karena memadukan unsur agama islam dan kearifan lokal setempat yang telah berlangsung turun-temurun.

Menurut sejarah, perayaan tradisi Maudu' Lompoa sudah ada sejak tahun 1621 silam. Saat itu ulama besar Aceh bernama Sayyid Jalaludin datang ke tanah Takalar untuk menyebarkan agama Islam. Sayyid juga dipercaya sebagai keturunan Nabi yang menetap di Cikoang.

Prosesi Perayaan Maudu' Lompoa

Pelaksanaan perayaan Maudu Lompoa memerlukan persiapan 40 hari sebelum acara puncak. Persiapan diawali dengan je'ne-je'ne Sappara (mandi pada bulan Syafar) oleh masyarakat Cikoang yang dipimpin sesepuh atau guru adat.

Persiapan lain yang juga dilakukan adalah menyediakan ayam, beras, minyak kelapa, telur, perahu, kertas warna-warni, pakaian, dan hasil bumi lainnya. Ayam yang akan dijadikan jamuan dalam puncak perayaan harus dikurung selama 40 hari, agar sehat dan hanya mendapat makanan yang bersih dan bagus.

Selain itu, masyarakat juga mulai melakukan prosesi angnganang baku yaitu membuat bakul beras dari daun lontar. Selanjutnya, masyarakat menjemur padi dalam lingkaran pagar, dilanjutkan adengka ase, yakni menumbuk padi dengan lesung. Setelah itu, warga setempat mengupas kelapa utuh yang ditanam sendiri.

Keunikan dari tradisi Maudu Lompoa terletak pada Julung-Julung atau kapal kayu yang dihias sedemikian rupa menggunakan kain warna-warni. Kapal-kapal inilah yang menjadi simbol masuknya agama Islam khususnya di Takalar.

Di dalam kapal-kapal itu terdapat berbagai macam bahan pokok mulai dari telur yang juga diwarnai berbagai macam warna, serta hasil bumi dari wilayah sekitar Kabupaten Takalar.

Selain telur dan hasil bumi, Julung-Julung juga diisi dengan perlengkapan sehari-hari seperti pakaian, celana, sampai perlengkapan mandi seperti pasta gigi, dan sabun.

Semua hiasan yang terdapat di dalam Julung-Julung merupakan sebuah simbolisasi bahwa ajaran Islam masuk ke wilayah Cikoang dibawa oleh para pedagang. Aneka sajian juga dihadirkan sebagai pengisi Julung-Julung seperti bakul besar yang terbuat dari anyaman daun lontar atau biasa disebut “Baku Maudu” oleh warga setempat.

Di mana di setiap bakul diisi oleh nasi setengah matang yang dilengkapi dengan lauk ayam kampung. Julung-Julung ini nantinya akan dikumpulkan di sebuah titik yang menjadi tempat pelaksanaan berbagai macam prosesi. Isi dari Julung-Julung pun akan dibagikan kepada semua orang yang menghadiri acara Maudu' Lompoa ini.

Makna Maudu' Lompoa

Bagi masyarakat Cikoang perayaan Maudu’ Lompoa bukan hanya sekedar peringatan tentang kelahiran Nabi Muhammad, melainkan mengandung makna yang lebih mendalam.

Perayaan Maudu’ Lompoa mengandung falsafah hidup yang sangat erat hubungannya dengan kejadian alam semesta dan permulaan pencipta roh manusia. Hal ini berkaitan erat dengan paham makrifat yang diyakini oleh masyarakat Cikoang yakni Kaniakkang, Kalassukang, dan Pakaramula.

Faham makrifat adalah usaha pemahaman rohaniah secara hakiki terhadap Allah SWT. Selain itu, Upacara ritual ini dianggap wajib oleh masyarakat Cikoang karena mengenal dan mencintai Nabi Muhammad SAW adalah suatu kewajiban bagi seluruh umat islam di dunia serta menjadi motivasi dalam mengikuti sunnah dan teladan Nabi Muhammad SAW.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross