Ilustrasi, Tari Sere Bissu Maggiri. (Foto: Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual - Kemenkumham RI).

Mengenal Sere Bissu Maggiri, Tarian Ekstrem di Sulsel yang Diperankan Tokoh Spiritual  

Publish by Redaksi on 13 November 2023

NEWS, IDenesia.id - Sebagian masyarakat di nusantara barangkali sudah tak asing lagi mendengar kata Bissu. Secara harfiah, Bissu adalah tokoh spiritual masyarakat adat Bugis, yang diidentifikasi dengan dua gender. Laki-laki dan perempuan. Sejak zaman dulu, Bissu berperan sentral sebagai wadah penyampai pesan baik dari kerajaan ke rakyat hingga hal-hal yang bersifat transendental. 

Karena peran penting itulah, eksistensi Bissu hingga kini masih langgeng sebagai identitas spiritual masyarakat Bugis. Ada berbagai tradisi adat yang biasanya menampilkan Bissu sebagai tokohnya. Salah satunya melalui Tari Sere Bissu Maggiri. Praktik seni dalam nuansa upacara adat ini, hanya boleh dilakukan oleh Bissu. Maggiri sendiri berarti menusuk-nusukkan keris ke tubuh Bissu, terutama lokasi yang vital seperti leher, perut, dan pergelangan tangan. 

Para Bissu yang melakukan pertunjukan tarian ini dianggap kerasukan roh dan mendapat kemampuan kebal pada senjata tajam. Tarian ekstrem ini biasanya dipentaskan pada acara-acara resmi, lembaga adat hingga pemerintahan. Tarian ini dapat dilakukan sendirian, dan bisa pula dilakukan beberapa Bissu. Tari Sere Bissu Maggiri ini sarat dengan nuansa mistis dan memiliki keunikan tersendiri yang membuatnya menarik untuk disaksikan.

Sebelum memulai menari, terlebih dahulu seorang Bissu mengganti pakaiannya dengan pakaian adat yang pada umumnya berwarna kuning keemasan dengan dilengkapi berbagai aksesoris yang lazimnya dikenakan oleh perempuan. Selain itu mereka juga menyiapkan beberapa peralatan pendukung seperti wadah atau baskom berisi air, beberapa helai daun-daunan, gendang, dan keris. 

Setelah berganti pakaian dan melakukan ritual awal sebelum menari yaitu membaca doa khusus (mantra), seorang Bissu dianggap sudah siap untuk memulai tarian, dan dengan diawali bunyi gendang pertama yang dipukulkan oleh pa’ganrang (penabuh gendang) sebagai tanda dimulainya tarian ini. Bissu membawa alusu akan melangkah masuk ke arena pertunjukan dengan menginjak kain putih yang terbentang.

Selanjutnya Bissu akan melangkah perlahan. Alusu yang dibawanya akan digoyangkan perlahan-lahan, dan menimbulkan suara-suara kecil, meskipun suara alusu tersebut nyaris tidak terdengar karena tenggelam dalam suara gendang yang ditabuh cukup keras. Bunyi-bunyi yang terdengar dari alusu bertujuan agar doa yang kita panjatkan selalu didengarkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. 

Jadi bunyi-bunyian tersebut dapat dianggap sebagai pengantar jalannya doa. Hal ini disesuaikan dengan maksud dari tujuan bahwa kehidupan sosial bermasyarakat sangat penting memahami sendi-sendi sosial tanpa mengurangi rasa hormat sesama manusia yang diciptakan oleh sang pencipta, selain itu rasa saling menjaga kerukunan dan kesatuan.

Sumber: Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual - Kemenkumham RI

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross