Ilustrasi zirah. (Foto: Perpustakaan Digital Budaya Indonesia).

Mengenal Waju Rante, Zirah Multifungsi dari Bugis

Publish by Redaksi on 26 October 2023

NEWS, IDenesia.id - Sebelum kedatangan penjajah di bumi Sulawesi Selatan, Bone menjadi salah satu kerajaan tersohor yang disegani dan dipimpin tokoh To Manurung atau orang yang disebut-sebut atau dikaitkan turun dari kahyangan. Masyarakatpun kemudian berinisiatif untuk membuat senjata tradisional yang praktis dan efektif dalam menghadapi dan mengatasi tantangan alam. 

Khususnya untuk bertahan hidup dengan menyerang hingga membela diri dari serangan musuh. Selain itu senjata tradisional juga dianggap penting digunakan untuk berburu. Keterampilan membuat senjata tradisional, menempa logam dan besi baja telah berkembang sejak zaman pemerintahan raja-raja lokal titisan daerah Tomanurung. 

Merujuk dari naskah Lontara, salah seorang putera To Manurung telah memulai kepandaian menempa besi sehingga diberi gelar Baginda yang Pandai Besi atau Petta Panre Bessie. Senjata tradisional merupakan senjata yang terus dipertahankan dari generasi pendahulu ke generasi berikutnya dan dibuat dengan teknik yang sederhana. 

Salah satu yang saat itu dibuat adalah Waju Rante atau zirah atau baju besi yang biasanya digunakan sebagai pakaian berperang. Baju ini terbuat dari untaian cincin besi yang saling bertalian menjadi satu kesatuan atau satu sama lain, sehingga tampak seperti rajutan. Waju Rante digunakan dengan tujuan untuk melindungi tubuh dari terjangan senjata lawan. 

Waju Rante dikenakan pada badan sebagaimana halnya mengenakan kemeja biasa. Masa saat ini, Waju Rante jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Oleh karena itu cara yang paling mudah untuk melihatnya adalah ke Museum La Galigo di Benteng Rotterdam.

Selain Waju Rante, jenis senjata tradisional suku Bugis yang kala itu menjadi pamor seperti tombak (bessing), trisula (bessing banranga), kelewang (alameng), keris (tappi), badik (kawali), perisai (kanna), sumpitan (seppu), tongkat (pantu), jerat tali (tado), jebakan (jebba) dan jebakan berupa lubang di tanah (katalang).

Diketahui, bahwa penggunaan zirah telah ada selama ribuan tahun lalu. Zirah adalah salah satu inovasi penting dalam sejarah peradaban yang memungkinkan prajurit untuk melindungi diri mereka sendiri dari serangan musuh. Baju besi dan perisai adalah contoh zirah yang digunakan dalam sejarah.

Zirah bahkan dianggap sebagai elemen penting dalam melindungi manusia dan hewan dari bahaya fisik. Kini zirah telah mengalami perkembangan signifikan sepanjang sejarah dan terus beregenerasi dengan teknologi modern. Perlindungan diri adalah aspek penting dalam menjaga keselamatan individu dan kelompok.

Sumber: Budaya-Indonesia.org - Kemendikbud RI

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross