Sriwijaya Air PK-CLC Boeing 737-524(WL) "Citra" di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, Indonesia (Foto : wikipedia)

Mengenang Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Yang Jatuh Pada 9 Januari 2021 dan Menewaskan Sebanyak  62 Orang

Publish by Redaksi on 9 January 2023

NEWS, IDenesia.id - Sriwijaya Air Penerbangan 182 (SJ182/SJY182) adalah penerbangan penumpang domestik berjadwal di Indonesia yang dioperasikan oleh Sriwijaya Air dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta ke Bandar Udara Internasional Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat dengan 50 penumpang dan 12 awak.

Pada 9 Januari 2021, pesawat tersebut jatuh ke perairan Kepulauan Seribu empat menit setelah lepas landas, menewaskan seluruh 62 orang di dalamnya.

Pesawat yang dipakai dalam penerbangan ini adalah Boeing 737-500 yang telah berusia 26 tahun dengan kode registrasi PK-CLC (MSN 27323). Pesawat ini dibuat pada tahun 1994 dan mulai digunakan oleh Continental Airlines pada tahun yang sama.

Pesawat ini kemudian digunakan oleh United Airlines mulai 1 Oktober 2010 dengan nomor registrasi N27610 sebelum akhirnya bergabung dengan armada Sriwijaya Air pada tahun 2012. Sriwijaya Air menamai pesawat ini "Citra".

Pesawat tercatat membawa 62 orang yang terdiri dari 50 orang penumpang (termasuk 7 anak-anak dan 3 bayi), 6 orang awak yang bertugas (termasuk 2 pilot dan kopilot dan 4 awak kabin), dan 6 orang awak yang sedang tidak bertugas.

Di antara penumpang tersebut adalah Mulyadi P. Tamsir, mantan Ketum PB HMI dan politikus Partai Hanura. Pesawat dipiloti oleh Kapten Afwan, mantan penerbang di TNI Angkatan Udara. Kopiliotnya adalah Diego Mamahit. Berat bagasi dilaporkan sebesar 500 kilogram.

Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, Bagus Puruhito, melaporkan puing ditemukan 11 mil laut (20 km) dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Personel dari kapal Kementerian Perhubungan melaporkan penemuan bagian tubuh, serpihan pakaian, barang elektronik, serta puing-puing di perairan Kepulauan Seribu.

Bahan bakar pesawat juga dilaporkan di sekitar lokasi.  Perairan di dekat tempat kecelakaan diperkirakan memiliki kedalaman 15 hingga 16 meter. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melaporkan bahwa mereka mengirimkan kapal MV Baruna Jaya untuk membantu operasi pencarian.

Kapal tersebut sebelumnya pernah digunakan untuk beberapa operasi pencarian dan penyelamatan kecelakaan pesawat di Indonesia, termasuk kecelakaan Lion Air Penerbangan 610 dan Indonesia AirAsia Penerbangan 8501. Sementara itu, TNI Angkatan Laut mengerahkan tujuh kapal, dua Sea Rider, dua kapal tunda, dan para penyelam dari Koarmada I dan Lantamal III menuju lokasi jatuhnya pesawat untuk membantu proses pencarian bangkai pesawat.

BASARNAS belum menemukan sinyal dari pemancar Emergency Locator Transmitter pada pesawat yang jatuh. Mereka tetap melanjutkan pencarian pada malam hari untuk menemukan lokasi pasti jatuhnya pesawat.[29] Setelah titik jatuh pesawat diketahui, KNKT kemudian melakukan pengamatan kondisi laut di lokasi tersebut untuk menentukan langkah selanjutnya.

Palang Merah Indonesia menugaskan 50 relawan dan menyiapkan sekitar 100 kantong jenazah untuk korban kecelakaan. Dilakukan pula pengambilan sampel DNA dan informasi ante mortem dari keluarga korban supaya nantinya dapat segera dianalisis oleh tim Disaster Victims Identification di Rumah Sakit Kramat Jati.  Biaya akomodasi untuk keluarga korban ditanggung oleh Sriwijaya Air.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross