Ritual adat, Ma'nene di Toraja. (Foto: Perpustakaan Digital Budaya Indonesia).

Mengenang Mereka yang Lebih Dulu Ada Lewat Ritual Ma’nene di Toraja

Publish by Redaksi on 23 October 2023

NEWS, IDenesia.id - Selain dikenal dengan destinasi wisata alamnya, Toraja (Tana Toraja-Toraja Utara), di Sulawesi Selatan juga identik dengan ritual kebudayaan. Salah satu yang menarik dalam praktik kebudayaan bagi masyarakat setempat adalah, tradisi Ma’nene. Yakni, ritual adat mengganti pakaian sekaligus membersihkan mayat para leluhur. 

Upacara ini biasanya dilakukan setiap tiga tahun sekali saat bulan Agustus atau jelang penghujung tahun. Namun waktu pelaksanaan ritual, tergantung kesepakatan keluarga atau tetua adat melalui musyawarah desa. Tahapan awal ritual Ma’nene yakni dimulai dengan pembersihan patane atau liang kubur tempat jenazah serta tengkorak manusia di dalamnya.  

Keluarga yang akan datang membersihkan dan mengganti pakaian jenazah, sudah tahu apa yang digemari atau yang disukai mendiang semasa hidup. Mulai dari persediaan permen, rokok, buah dan sebagainya. Masyarakat Toraja percaya ruh mereka tetap ada didekat mereka. Di dalam patane terdapat ratusan jenazah yang telah menjadi tulang belulang dan berumur ratusan tahun.

Ritual adat Ma’nene dihadiri oleh keseluruhan keluarga dari jenazah walaupun mereka merantau di daerah yang jauh. Isak tangis keluarga bahkan tak luput dalam dalam momen krusial ini. Apalagi saat mayat dikeluarkan satu per satu dari patane yang lama kemudian dijemur dan diletakkan di depan patane yang baru. 

Masyarakat saling bahu-membahu dalam mengangkat peti mayat tersebut. Sebelum dibersihkan, mayat dikeluarkan lebih dulu dari peti dan selanjutnya di jemur di bawah terik matahari. Bagi masyarakat Toraja, Ma’nene merupakan salah satu bentuk upacara adat dan merupakan perpaduan antara kematian, seni dan ritual serta sebagai perwujudan dari rasa cinta mereka. 

Baik kepada para leluhur, tokoh atau kerabat yang sudah meninggal dunia. Selanjutnya mayat dibersihkan dengan memakai kuas untuk menghilang kotoran atau debu yang menempel pada tubuh. Pakaian lama yang sudah melekat bertahun-tahun dilepas dari tubuh mayat, mulai dari dasi, kemeja, celana,sepatu digantikan dengan pakaian baru. 

Ritual ini sudah ada sejak turun temurun dan ini hanyalah salah satu bentuk contoh kegiatan ritual adat yang sampai sekarang masih dilakukan. Di patane mayat keluarga yang mulai berumur puluhan tahun sampai ratusan tahun tersimpan dengan keadaan utuh, karena sebelumnya diberi bahan pengawet. Penampakannya serupa dengan “Mummy”.

Mayat yang tubuhnya sudah tidak utuh akan dibungkus dengan kain merah karena kain menyimbolkan bagi mereka mayat tersebut merupakan dari golongan kasta tinggi yang dihormati. Mayat yang telah terbungkus kain merah akan dimasukkan kembali kedalam peti dan diangkat kedalam patane. 

Selanjutnya, untuk mayat yang sudah pakaiannya terganti langsung dikembalikan ke dalam liang batu. Kemudian pintu liang ditutup rapat dan digembok, liang ini akan terbuat pada saat ritual adat Ma’nene selanjutnya. Pada sisi lainnya juga terdapat bagian-bagian tubuh dari hewan (babi dan kerbau) yang dijadikan kurban yang biasa disebut dengan Ma’pesung. 

Daging yang mencakup seluruh bagian dari seluruh tubuh hewan kurban yang dimasak tersendiri kemudian penyuguhan sesajen itu nantinya didahulukan daripada penyuguhan makanan untuk orang-orang yang datang. Setelah semua warga sudah  berkumpul dan sudah disuguhi minuman dan kue, maka tokoh agama yaitu pemimpin ibadah (Pendeta) melakukan doa bersama sebelum makan. 

Kemudian masuk dalam rangkaian terakhir dalam ritual Ma’nene tersebut. Masyarakat Toraja akan tetap mempertahankan ritual Ma’nene dan ritual adat lainnya yang merupakan warisan nenek moyang mereka. Sehingga anak-cucu mereka dapat merasakan ritual tersebut sebagai warisan leluhur.

Sumber: Kemendikbud RI

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross