NEWS, IDenesia.id - Netflix Inc (NFLX.O) berencana untuk menginvestasikan Rp37 Triliun di Korea Selatan selama empat tahun ke depan untuk memproduksi serial TV Korea, film dan acara tanpa naskah, menggandakan jumlah yang telah diinvestasikan oleh perusahaan tersebut di pasar tersebut sejak tahun 2016.
Layanan streaming AS ini membuat pengumuman tersebut setelah pertemuan antara Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dan co-CEO Netflix Ted Sarandos. Yoon tiba di Washington pada hari Senin untuk kunjungan kenegaraan selama enam hari.
Presiden Yoon menyambut investasi ini sebagai "peluang besar" bagi industri konten Korea Selatan dan Netflix karena negara ini berupaya meningkatkan ekspor budaya dan kekuatan lunak.
Saham-saham perusahaan produksi dan hiburan Korea Selatan menguat pada hari Selasa dengan Showbox (086980.KQ) dan Studio Dragon (253450.KQ) masing-masing naik 8,75% dan 2,26%, dibandingkan dengan penurunan 2,21% pada indeks Kosdaq (.KQ11) yang lebih kecil.
Dikenal sebagai "Korean Wave" atau Hallyu, industri hiburan Korea Selatan telah menikmati ledakan global dalam beberapa tahun terakhir. Pasar musiknya, yang dipimpin oleh grup-grup K-pop seperti BTS dan Blackpink, telah memimpin.
Pada tahun 2021, ekspor konten termasuk musik, video game, dan film mencapai rekor tertinggi sebesar Rp18,5 Triliun, menurut data pemerintah terbaru, meninggalkan peralatan rumah tangga dan baterai isi ulang dalam volume ekspor.
"Kami dapat membuat keputusan ini karena kami sangat yakin bahwa industri kreatif Korea akan terus menceritakan kisah-kisah hebat," kata Sarandos dalam sebuah pernyataan, mengutip hit global platform streaming yang diproduksi oleh para kreator Korea Selatan seperti "Squid Game", "The Glory", dan "Physical: 100".
"Squid Game", yang dirilis pada tahun 2021, tetap menjadi serial Netflix yang paling banyak ditonton sepanjang masa, dengan 1,65 miliar jam streaming dalam 28 hari pertama.
Netflix menawarkan perkiraan yang lebih ringan dari perkiraan minggu lalu, karena tampaknya akan menindak berbagi kata sandi yang tidak disetujui hingga kuartal kedua untuk melakukan perbaikan, sehingga menunda beberapa keuntungan finansial.
