NEWS, IDenesia.id – Sebuah studi baru dari tim peneliti internasional menemukan, jika para orang tua yang perokok aktif atau sering terpapar asap tembakau memungkinkan anak-anak mereka bisa mengalami penyakit sesak nafas atau asma, bahkan kondisi paling parah anak-anak mereka bisa mengalami penyakit paru-paru.
Disadur IDenesia.id dari laman theguardian.com, Kamis, 15 September 2022, temuan yang dipublikasikan di European Respiratory Journal, memberikan bukti lebih lanjut tentang kemungkinan adanya ‘efek transgenerasional’ di mana merokok dapat merusak kesehatan orang yang lahir dua generasi kemudian.
“Kami menemukan bahwa risiko asma non-alergi pada anak-anak meningkat sebesar 59% jika ayah mereka terpapar asap rokok di masa kanak-kanak, dibandingkan dengan anak-anak yang ayahnya tidak terpapar. Risikonya bahkan lebih tinggi pada 72% jika seorang ayah terpapar asap dan secara terus menerus merokok,” kata Jiacheng Liu dari universitas Melbourn.
Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti dari Australia, Inggris dan Sri Lanka. Dr Dinh Bui, bersama rekan penulis lain, mengatakan, "Temuan kami menunjukkan bagaimana kerusakan yang disebabkan oleh merokok dapat berdampak tidak hanya pada perokok tetapi juga anak dan cucu mereka."
Berdasarkan kesimpulan mereka, laki-laki harus mencoba untuk menghindari merokok jika memungkinkan, untuk mengurangi risiko mempengaruhi kesehatan anak mereka sendiri atau keturunan mereka, imbuh Bui.
Bui mengatakan perubahan epigenetik yang dipicu oleh merokok - modifikasi gen di mana urutan DNA seseorang tidak diubah - adalah alasan paling mungkin untuk peningkatan risiko asma secara signifikan pada anak-anak yang ayahnya menghirup asap rokok di masa muda mereka.
Sementara itu Jon Foster, manajer kebijakan kesehatan di Asthma + Lung UK, mengatakan: “Penelitian ini benar-benar mengejutkan, menunjukkan bahwa efek negatif dari merokok dapat bertahan selama beberapa generasi. Fakta bahwa anak-anak yang lahir hari ini memiliki 59% peningkatan risiko terkena asma jika ayah mereka terpapar perokok pasif sebagai seorang anak menunjukkan dampak besar merokok terhadap kesehatan orang lain.”
Temuan ini didasarkan pada analisis para peneliti terhadap data terperinci tentang kesehatan 1.689 pasangan ayah dan anak mereka yang dikumpulkan sebagai bagian dari Studi Kesehatan Longitudinal Tasmania yang telah berjalan lama di Australia.
Makalah itu mengatakan, “Temuan kami menunjukkan bahwa ketika anak laki-laki secara pasif terpapar asap tembakau orang tua mereka sebelum usia 15 tahun, keturunan mereka memiliki peningkatan risiko asma anak non-alergi, tetapi bukan asma alergi.”
Prof Jonathan Grigg, ketua komite pengendalian tembakau Masyarakat Pernafasan Eropa, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan hal itu menambah bukti risiko antargenerasi merokok. Anak-anak perlu dilindungi dari kerusakan lebih lanjut oleh menteri yang mengambil tindakan tegas lebih lanjut untuk mengekang merokok, katanya.
