Tarian Pa'bitte Passapu. (Foto: i.ytimg.com).

Pa’bitte Passapu, Tarian Khas Pengganti Tradisi Sabung Ayam Masyarakat Sulsel

Publish by Redaksi on 17 October 2023

NEWS, IDenesia.id - Pada masa lalu di Sulawesi Selatan khususnya dalam tradisi masyarakat Bugis-Makassar, permainan yang paling digemari pada semua lapisan termasuk kaum bagsawan adalah sabung ayam. Begitu juga dengan masyarakat Kajang di Kabupaten Bulukumba. Selain menjadi identitas, sabung ayam bagi masyarakat kala itu dianggap sebagai representasi dari keberanian. 

Tak hanya menjadi sarana ekspresi, sabung ayam kemudian disisipkan dengan taruhan apapun, termasuk uang. Ayam yang diadu hingga mati karena di tajinya diselipkan serupa pisau kecil. Namun dalam perkembangannya setelah masuknya Islam di Kerajaan Gowa sebagai induk, maka sabung ayam perlahan-lahan mulai dihilangkan dalam aktivitas masyarakat, karena dianggap tercemar dengan nuansa perjudian.

Selain itu, sabung ayam juga dianggap sebagai sarana penyiksaan terhadap binatang sebagai makhluk Tuhan. Penghentian aktivitas itu tak lantas menghentikan kreativitas masyarakat untuk mencari alternatif hiburan lainnya yang bisa diadu tanpa melanggar aturan. Masyarakat di Kajang kala itu, kemudian menciptakan tarian yang diberi nama Pa’bitte Passapu, pengganti aktivitas sabung ayam. 

Secara harfiah, Pa’bitte adalah saling adu, sementara passapu adalah kain serupa sapu tangan. Tarian ini menjadi representasi lain dari sabung ayam. Tarian ini berarti menyabung sapu tangan. Tarian ini dibawakan oleh empat orang penari laki-laki yang masing-masing memegang sepucuk sapu tangan. Pa’bitte Passapu dianggap sebagai ayam yang sedang diadu. Tarian ini kian berkembang karena diiringi dengan alunan suara dari gendang, suling dan syair-syair yang sarat makna. 

Susunan gerak tari dimulai dengan memperkenalkan sabungan masing-masing sehingga para penari lebih banyak menghadap ke penonton atau berputar di bagian tengah arena pertunjukan. Setelah itu keempat penari membagi dua masing masing-masing dua orang lalu saling berhadapan. Pada tahapan ini tarian sudah memperlihatkan bahwa sapu tangan sudah akan diadu satu pasang. 

Lalu kemudian saputangan diadu oleh kedua penari, mereka saling menabrakkan sapu tangan ke lawannya masing. Setelah bertarung beberapa saat, lalu salah satu diantaranya terkalahkan yang satunya menjadi pemenangnya. Setelah itu pasangan yang lainnya memasuki arena dan melakukan pertarungan. Setelah ada yang kalah maka selesailah pertarungan itu. Lalu kemudian tarian pun ikut berakhir. Tarian ini menjadi sarana hiburan dalam masyarakat Kajang.

Sejalan dengan perkembangannya tarian ini menjadi identitas Sulsel khususnya masyarakat Kajang. Selain sebagai budaya, tarian ini dianggap sebagai karya seni yang menakjubkan dan kerap ditampilkan dalam kegiatan-kegiatan kesenian dan kebudayaan adat. Salah satunya penyambutan tamu adat atau pesta pernikahan masyarakat setempat. 

Sumber: Warisan Budaya Tak Benda Kemendikbud RI - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross