Pahlawan Nasional dari Takalar, Padjonga Daeng Ngalle. (Foto: IKPNI).

Padjonga Daeng Ngalle, Sang Perintis Gerakan Perjuangan Indonesia dari Takalar

Publish by Redaksi on 24 August 2023

NEWS, IDenesia.id - Pahlawan nasional adalah individu atau tokoh yang diakui oleh suatu negara atau masyarakat sebagai simbol penting dalam sejarah dan perjuangan. Mereka telah berkontribusi secara signifikan terhadap kemerdekaan, perubahan sosial, budaya, politik, atau perkembangan nasional. 

Pahlawan nasional dihormati karena jasa-jasa mereka dalam memperjuangkan nilai-nilai, identitas, dan kebebasan suatu bangsa. Spirit perjuangan agar terbebas dari kolonialisme itulah yang tertanam dalam jiwa Padjonga Daeng Ngalle, putra dari Polongbangkeng, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.  

Padjonga Daeng Ngalle lahir pada 1901. Karaeng Polongbangkeng, sempat menjadi kepala pemerintahan daerah setempat pada 1934. Singkat ulasan, pada bulan Oktober 1945 bersama dengan seluruh bangsawan Sulsel, ia mengikuti konferensi raja-raja di Yogyakarta. 

Konferensi memutuskan satu tekad untuk mendukung pemerintahan RI di Sulawesi sebagai satu-satunya pemerintah yang sah di bawah Gubernur Sam Ratulangi. Padjonga Ngalle mengumumkan bahwa daerahnya Polongbangkeng secara de facto merupakan bagian dari wilayah Indonesia.

Sikap itu sebagai bukti nasionalismenya. Menghadapi pemerintah Belanda yang ingin mengembalikan pemerintah jajahannya Karaeng Padjonga menjadikan Polombangkeng sebagai pusat gerakan menggantikan posisi Makassar yang pada saat itu dianggap sudah tidak aman. 

Polongbangkeng menjadi pusat bersatunya para tokoh pemuda perjuangan dari Makassar, Takalar, Gowa, dan Bantaeng. Untuk mempertahankan proklamasi, Padjonga Daeng Ngalle membentuk Laskar Gerakan Muda Bajeng sebagai wadah perjuangan bersenjata yang diketuai sendiri. 

Hal ini menunjukkan Karaeng Padjonga memiliki karakter pejuang yang tidak mau kompromi dengan penjajah Belanda. Pada Juli 1946, ketika Van Mook melakukan Konferensi Malino untuk membentuk negara boneka Negara Indonesia Timur (NIT), maka Laskar Lipan Bajeng, Padjonga Daeng Ngalle melaksanakan konferensi antar laskar se-Sulsel. 

Langkah itu diambil untuk menyatukan semua visi-misi strategis dan kekuatan. Perjuangan yang dihadiri 19 laskar ini kemudian membentuk LAPRIS (Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi) dengan panglima Ranggong Daeng Romo dan Sekretaris Jenderal Robert Wolter Monginsidi.

Sumber: Civitasbook.com dan Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI).

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross