Ilustrasi PHK (Foto : Freepik).

Pakar Ungkap Fenomena Latah di Balik Badai PHK Meta hingga Amazon

Publish by Redaksi on 11 January 2023

NEWS, IDenesia.id - Pakar dari Universitas Stanford, Jeffrey Pfeffer, mengungkap alasan banyak perusahaan teknologi besar seperti Meta dan Amazon mem-PHK para karyawannya. Menurutnya, hal itu dilakukan banyak perusahaan semata-mata karena latah.

"PHK di industri teknologi pada dasarnya adalah sebuah contoh dari penularan sosial (social contagion). Itu adalah situasi saat banyak perusahaan meniru apa yang dilakukan perusahaan lain," kata Pfeffer seperti dikutip dari situs resmi Stanford University.

"Jika Anda mencari alasan di balik PHK perusahaan, alasannya adalah karena orang lain melakukannya. PHK adalah hasil dari perilaku meniru dan bukan karena kebijakan berbasis bukti, ujarnya menambahkan.

Dalam beberapa bulan terakhir, banyak perusahaan teknologi mem-PHK ribuan karyawannya. Diperkirakan pada 2022 saja, ada 120 ribu orang yang telah diberhentikan di beberapa perusahaan besar seperti Meta, Amazon, dan Netflix hingga perusahaan kecil.

Pfeffer mengaku menerima banyak keluhan soal dampak negatif PHK. Bahkan, dampak negatif itu juga dirasakan oleh perusahaan yang melakukannya.

"Saya punya beberapa orang yang mengatakan, mereka tahu PHK merusak ke kehidupan di perusahaan, apalagi para karyawan. PHK juga tidak membuat perusahaan meraih banyak hal," katanya.

"Tetapi semua orang melakukannya dan para dewan direksi bertanya mengapa mereka tidak melakukannya juga," ujar Pfeffer menambahkan.

Menurut Pfeffer, memang ada resesi di bidang teknologi dan bubble dalam hal valuasi. Terkait Meta, ia pun menilai mungkin saja perusahaan yang dipimpin Mark Zuckerberg itu terlalu banyak merekrut karyawan.

Namun menurutnya, hal itu bukanlah alasan utama banyak perusahaan mem-PHK karyawannya. "Apakah ada resesi teknologi? Ya. Apakah ada bubble dalam hal valuasi? tentu saja. Apakah Meta merekrut terlalu banyak? boleh jadi," katanya.

"Tetapi apakah itu alasan mereka memberhentikan karyawan? Tentu saja tidak. Meta punya banyak uang. Perusahaan-perusahaan itu semua profit. Mereka mem-PHK hanya karena perusahaan lain melakukannya," ujar Pfeffer.

Masih menurut Pfeffer PHK justru memiliki banyak dampak negatif terhadap perusahaan yang melakukannya. Dampak-dampak itu antara lain, biaya yang tetap membengkak, harga saham yang stagnan, dan produktivitas yang mandek.

PHK tidak menyelesaikan masalah yang sebenarnya terjadi: strategi yang kurang efektif, kehilangan pangsa pasar, dan pendapatan yang terlalu sedikit. PHK pada dasarnya adalah keputusan buruk," katanya.

Di sisi lain, kebiasaan menular ini tak hanya menjangkiti para perusahaan. India Times melaporkan karyawan juga akan cenderung berhenti (resign) jika ada koleganya yang melakukan hal tersebut.

"Ada semacam was-was ketika Anda melihat banyak orang keluar. Ada perasaan seperti: Adakah hal yang tidak saya lihat? Apakah ini waktunya saya juga keluar?" kata Tiff Cheng (27), yang keluar dari pekerjaannya di bidang digital marketing Juli tahun lalu.

Bersamaan dengan Cheng, ada empat sahabatnya yang juga keluar dari perusahaan yang sama.

Perasaan itu diamini oleh pengajar manajemen di University of New South Wales, Will Felps. Ia dan timnya melakukan riset di perusahaan jasa dan beberapa cabang bank di Amerika Serikat.

Dari hasil studi itu, ia menemukan keputusan seorang pekerja yang resign cenderung menginspirasi karyawan lain yang tidak merasa terikat dengan perusahaan.

Bahkan, dalam jajak pendapat lebih dari 21 ribu pengguna LinkedIn, 59 persen mengatakan kepergian rekan kerja membuat mereka berpikir untuk keluar juga.

"Ketika Anda berjalan di sebuah restoran yang penuh orang, itu menjadi petunjuk bahwa restoran itu sangat bagus," kata Felps.

"Hal yang serupa terjadi ketika orang yang Anda suka dan hormati resign, Anda berpikir 'rumput terlihat lebih hijau di tempat lain" katanya menambahkan.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross