NEWS, IDenesia.id - Masyarakat Toraja memiliki kekayaan seni musik tradisional dari bambu. Alat musik itu disebut pa’pompang atau dikenal juga dengan nama pa’bas. Diberi nama demikian sebab alat musik ini menghasilkan suara bas yang terdengar dominan.

Alat musik ini biasa dimainkan secara berkelompok seperti orkestra dan dipadukan dengan melodi dari suling bambu, adapun satu kelompok pa’pompang biasanya terdiri dari 25 atau 35 orang berikut peniup suling. Biasanya, grup musik bambu Toraja ini umum dibentuk di sekolah maupun gereja.

Dilansir IDenesia dari laman Budaya Indonesia, Selasa, 21 November 2023, meskipun sama-sama terbuat dari bambu, angklung dan pa’pompang memiliki perbedaan yang mencolok, sebab pa’pompang merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup.

Pa’pompang menjadi alat musik tradisional yang begitu khas dan dapat menghasilkan suara hingga dua setengah oktaf. Meskipun merupakan alat musik tradisional, pa’pompang tentu saja dapat dikolaborasikan dengan alat musik lain seperti terompet, saksofon, organ, maupun piano, dan bisa digunakan untuk mengiringi banyak lagu.

Alat musik ini dibuat dari potongan-potongan bambu besar dan kecil. Bambu yang dipilih biasanya berupa bambu yang tipis dan ruasnya panjang, tidak cacat, lurus, dan tua.

Potongan bambu dengan berbagai ukuran itu pun kemudian dirangkaikan sedemikian rupa—diikat dengan rotan supaya kuat, sedang celah sambungannya ditutup dengan aspal—hingga menghasilkan suara yang bulat dan tidak cempreng.

Keharmonisan nada dari alat musik pa’pompang pun bergantung pada ukuran bambu yang digunakan untuk menghasilkan beragam suara, potongan bambu yang besar dan tinggi menghasilkan nada rendah. Sebaliknya, potongan bambu yang kecil akan menghasilkan nada tinggi.

Pa’pompang atau pa’bas dapat dimainkan oleh berbagai kelompok usia, mulai dari anak kecil seusia TK dan SD hingga orang dewasa.