NEWS, IDenesia.id—Kemenangan tak terduga dari koalisi sayap kiri Prancis dalam pemilihan legislatif membuat lanskap politik negara itu kacau balau.
Pengumuman hasil pemilu tersebut diikuti dengan protes yang diwarnai kekerasan di Paris, hanya beberapa minggu sebelum kota tersebut menjadi tuan rumah Olimpiade, yang dimulai pada tanggal 27 Juli.
Ribuan pengunjuk rasa sayap kanan dan sayap kiri yang merayakan kemenangan membanjiri jalan-jalan di Paris setelah hasil pemilu yang dramatis mengejutkan negara tersebut. Koalisi sentris Presiden Emmanuel Macron diproyeksikan menempati posisi kedua.
Api unggun besar-besaran terlihat di jalan-jalan Paris ketika pihak berwenang yang mengenakan perlengkapan anti huru hara menghadapi para demonstran.
Beberapa penangkapan dilakukan ketika polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan kekerasan yang meningkat. Sebagai tanggapan, para pengunjuk rasa melemparkan bom molotov dan meledakkan bom asap, sehingga meningkatkan kekacauan.
Hasil pemilu yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kerusuhan yang terjadi kemudian menyoroti periode ketidakstabilan politik yang signifikan di Prancis, sehingga meningkatkan kekhawatiran mengenai arah negara dan kemampuannya untuk memerintah secara efektif di tengah perpecahan tersebut.
Di tengah situasi anarki dan ketidakpastian politik, Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal mengumumkan niatnya untuk mengundurkan diri setelah koalisi sayap kiri memenangkan sejumlah kursi parlemen, meskipun koalisi tersebut gagal mencapai mayoritas.
“Negara kami sedang menghadapi situasi politik yang belum pernah terjadi sebelumnya dan bersiap menyambut dunia dalam beberapa minggu,” kata Gabriel Attal, yang berencana mengajukan pengunduran dirinya hari ini sebagaimana dilansir IDenesia dari The Hindustan Times, Senin, 8 Juli 2024.
