NEWS, IDenesia.id - Para pasien dan petugas medis masih terjebak di rumah sakit utama Gaza setelah pertempuran berhari-hari antara pasukan Israel dan Hamas, ketika lembaga bantuan memperingatkan bahwa pasien dan bayi yang sakit kritis berisiko meninggal karena kekurangan bahan bakar dan berkurangnya pasokan makanan dan air.

Israel mengatakan markas besar Hamas berada di bawah rumah sakit, namun tuduhan tersebut dibantah oleh Hamas dan para dokter di fasilitas tersebut.

Disadur IDenesia dari laman The Guardian, Selasa 14 November 2023, Kementerian Kesehatan Palestina di kota Ramallah, Tepi Barat, pada hari Senin waktu setempat mengatakan bahwa setidaknya sembilan pasien dan enam anak-anak telah meninggal di rumah sakit al-Shifa, yang dulunya merupakan landasan sistem kesehatan Gaza, sebagai akibat dari kekurangan bahan bakar dan penutupan departemen setelah serangan tersebut. Rumah sakit dikepung oleh pasukan Israel.

“Kami tidak memiliki generator karena memerlukan bahan bakar untuk menjalankannya. Tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada listrik dan tidak ada bahan bakar di Shifa dan kami di sini menangani korban jiwa,” Munir al-Boursh, seorang dokter yang juga wakil menteri kesehatan Palestina, berbicara dari dalam rumah sakit Dar al-Shifa.

“Kami tidak bisa menangani kasus sebanyak ini. Jika ada orang yang datang, kami tidak bisa melakukan apa pun untuk mereka.”

Dia mengatakan fasilitas tersebut bermaksud untuk menggali kuburan massal hingga tank dan penembak jitu Israel mengepung kompleks tersebut pada hari Jumat, sehingga pergerakan di sekitarnya menjadi tidak mungkin.

“Ada 110 jenazah di depan rumah sakit, ada yang di lemari es yang tidak berfungsi, dan ada yang hanya di ruang terbuka depan unit gawat darurat. Ini bisa menjadi sumber penyakit,” ujarnya.