NEWS, IDenesia.id - Pedang milik pahlawan perjuangan Indonesia, Pangeran Diponegoro, akhirnya ditemukan setelah puluhan tahun tergeletak tak terlihat di Istana Het Loo, Belanda. Sebelumnya, hampir tidak ada orang yang mengetahui bahwa senjata di istana tersebut merupakan benda istimewa milik sosok legendaris di Indonesia.
Disadur IDenesia dari sebuah media Belanda, NOS, Jum’at, 1 Desember 2023, para peneliti Belanda telah menetapkan asal-usul senjata tersebut. Sebuah surat dari tahun 1956 yang berisi tentang penawaran penjualan senjata milik Pangeran Diponegoro itu akhirnya mendorong para peneliti dan kurator memulai pencariannya.
Surat yang ditemukan para peneliti dalam arsip Museum Bronbeek itu ternyata ditulis oleh kerabat Jenderal Hendrik Merkus de Kock, orang yang menangkap Diponegoro pada tahun 1830.
Dalam surat itu, keturunan De Kock menawarkan pedang tersebut ke Museum Bronbeek, yang mengkhususkan diri pada sejarah militer Hindia Belanda.
“Kami tidak memiliki pedang itu dalam koleksi kami, dan di mana letaknya, kami tidak tahu. Kami segera mulai mencari," kata peneliti Pauljac Verhoeven kepada NOS Radio 1 Journaal.
Museum Bronbeek tidak pernah melakukan transaksi atas pedang tersebut. Akhirnya, pada tahun 1974, pedang tersebut dipinjamkan ke Paleis Het Loo oleh keluarga De Kock, dan kemudian dijual.
Pedang yang telah bertahun-tahun menghuni Istana Het Loo itupun dikenal sebagai "senjata De Kock", dan baru belakangan diketahui bahwa ternyata pedang tersebut merupakan pedan milik Pangeran Diponegoro.
De Kock dan keturunannya diketahui membawa senjata itu selama bertahun-tahun setelah penaklukan.
"Layaknya prajurit lainnya dari masa ke masa, ia menyimpan senjata lawan utamanya sebagai kenang-kenangan kemenangan. Mungkin juga sebagai bentuk penghormatan kepada Diponegoro," kata peneliti John Klein Nagelvoort.
Paleis Het Loo telah menginformasikan kedutaan besar Indonesia sebelum menyiarkan pengumuman penemuan kembali pedang tersebut. Hingga saat ini, pihak pemerintah Indonesia belum memberikan tanggapan resmi.
