Seorang pelancong menunggu di dekat stan informasi turis di terminal 3 Bandara Internasional Beijing di China. Pemerintah sampai saat ini belum berencana memberlakukan kebijakan pengetatan terhadap pelancong dari China meskipun kasus COVID-19 naik. (Foto: AP).

Pemerintah Belum Berencana Wajibkan Tes COVID-19 Bagi PPLN dari China

Publish by Redaksi on 7 January 2023

NEWS, IDenesia.id - Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr Syahril Mansyur mengatakan, alasan pemerintah untuk tidak memberlakukan kebijakan itu adalah karena berbagai sub varian omicron yang menyebabkan ledakan kasus di China sudah terdeteksi di Tanah Air. Dan sampai saat ini hal tersebut belum menyebabkan peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia.

Syahril menduga kondisi ini tercipta karena masyarakat Indonesia sudah memiliki tingkat imunitas yang cukup tinggi, baik karena vaksinasi maupun infeksi alamiah.

“Jadi sampai saat ini dengan alasan-alasan bahwa sub varian baru yang saat ini sedang terjadi lonjakan di negara China, Prancis dan sebagainya memang sudah ada di Indonesia sejak Oktober lalu, dan sampai saat ini hanya 15 kasus. Dan itu tidak menyebabkan terjadinya lonjakan kasus di Indonesia dan alhamdulillah terkendali,” ungkapnya kepada VOA.

Meski begitu, pihaknya akan tetap meningkatkan kewaspadaan di berbagai pintu masuk, seperti melakukan tes PCR terhadap pelancong dari China yang memiliki gejala COVID-19 ketika mendarat.

“Tapi kan tadi yang ditanyakan PPLN yang harus punya bukti tes PCR negatif, dan kita tidak memberlakukan itu. Tapi kalau kewaspadaan tadi ya harus, kalau orang-orang dia bergejala, baik itu pelancong Indonesia yang sedang bepergian ke China terus pulangnya ada gejala harus melakukan itu,” jelasnya.

Lebih jauh Syahril menuturkan pihaknya terus mengejar cakupan vaksinasi penguat atau booster yang saat ini baru mencapai 29 persen. Ia mengatakan, pada tahun 2023, Kementerian Kesehatan akan meningkatan jumlah pusat vaksinasi dan menggelar program jemput bola untuk meningkat akses ke booster.

Menurut Syahril, Kemenkes belum akan memberikan booster COVID-19 kedua atau dosis keempat pada masyarakat umum. Pasalnya, selain fokus untuk meningkatkan cakupan booster pertama, pihaknya juga hanya akan memberikan booster COVID-19 kedua pada kalangan rentan, seperti lansia, yang sampai saat ini baru mencapai enam persen.

Ahli Epidemiologi dari Universitas Airlangga Windhu Purnomo mengatakan pemerintah Indonesia tidak perlu mengikuti langkah negara-negara lain dalam memberlakukan tes COVID kepada para pelancong yang datang dari China.

Windhu menjelaskan sesuai dengan hasil Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilaporkan oleh pemerintah China kepada GISAID, berbagai sub varian omicron yang menyebabkan terjadinya lonjakan kasus di China sudah terlebih dahulu terdeteksi di Indonesia. Beberapa sub varian tersebut tidak menyebabkan lonjakan kasus di Tanah Air sampai detik ini.

“Jadi artinya, apa yang terjadi di China sebetulnya sudah terjadi kita, dan di kita tidak meningkatkan kasus. Kita tahu bahwa sejak April kita sudah nggak pernah ada lagi puncak yang tinggi (kasus COVID-19 -red). Puncak tinggi kita adalah pada 20 Februari 2022, setelah itu tidak ada lagi. Yang ada cuma polisi tidur saja, yang BA.5, dan XBB yang akhir November itu,” ungkap Windhu.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross