Proses Mappalette Bola-Appalette Balla masyarakat Bugis-Makassar. (Foto: Good News From Indonesia).

Pesan Filosofis di Balik Tradisi Mappalette Bola Masyarakat Bugis-Makassar 

Publish by Redaksi on 18 October 2023

NEWS, IDenesia.id - Bicara tentang kebudayaan di Sulawesi Selatan memang tak pernah ada habisnya. Salah satu yang barangkali tak lagi asing untuk didengarkan adalah tradisi Mappalette Bola atau Appalette Balla bagi masyarakat Bugis-Makassar. Arti dua suku kata itu adalah memindahkan (Mappalette-Appalette) rumah (Bola-Balla). 

Tradisi ini sudah sejak turun temurun dilakukan masyarakat di Sulsel. Pindah rumah dikhususkan bagi mereka atau warga setempat yang punya jenis rumah panggung yang materialnya sebagian besar dari balok kayu dan papan. Aktivitas gotong royong antar warga ini kadang diterapkan apabila rumah tersebut hendak dipindahkan ke tempat lain yang lebih dekat atau lebih jauh. 

Biasanya pindah rumah ini karena lahan yang ditempati warga bukan milik pribadi. Melainkan lahan sewaan. Atau warga memang niat untuk memindahkan rumahnya dengan alasan tertentu. Termasuk kondisi lingkungan. Ada dua metode yang diterapkan dalam tradisi Mappalette Bola ini. Bila rumah yang akan dipindahkan dekat, maka masyarakat akan menggunakan ban atau roda yang disanggah ke tiang-tiang rumah. 

Ban tersebut dibentuk dari kayu hitam yang kuat, dan diapit oleh dua buah papan, papan pertama menyentuh tanah dan papan kedua menyentuh kayu-kayu menjadi tiang. Sementara bila jaran pindahnya jauh maka rumah tersebut harus diangkat dengan bantuan masyarakat sekitar. Di tiang-tiang rumah dipasang bambu dengan tinggi dari tanah sekitar 1,7 meter. Bambu-bambu itulah yang nantinya menjadi penahan rumah dari goncangan. 

Selain itu dapat menjadi pegangan dan landasan bahu ketika mengangkat rumah. Hal pertama yang dilakukan ketika pindah rumah adalah mengeluarkan barang-barang yang mudah pecah dan mudah bergerak seperti piring, gelas, dan barang-barang elektronik. Barang-barang berat seperti lemari, tempat tidur yang akan merepotkan jika dikeluarkan akan tetap dipertahankan di dalam rumah. 

Agar tidak jatuh ke lantai barang-barang tersebut dirapatkan ke tiang-tiang rumah lalu diikat kuat. Waktu mengangkat rumah pada umumnya dilaksanakan pada hari Jumat. Maksud dan tujuannya adalah selain hari Jumat dianggap sebagai hari baik. Hari Jumat juga dianggap tepat karena masyarakat berkumpul masyarakat sebelum atau sesudah beribadah. Masyarakat diminta tolong dengan suka rela untuk bekerja sama 

Pada saat akan dimulai biasanya ada tokoh adat memohon izin kepada sang pencipta agar kegiatan tersebut berjalan aman dan tanpa kendala. Kemudian salah seorang memberi aba- aba sebagai patokan bagi warga dalam mengangkat rumah. Pemberi aba-aba disimbolkan sebagai pemimpin dan warga yang mengangkat disimbolkan sebagai masyarakat. Filosofi ini menggambarkan satu komando untuk keseluruhan lapisan masyarakat. 

Menyamakan langkah, irama berpedoman pada komando yang ada. Setelah rumah yang diangkat berada pada posisi yang dituju, maka berkumpullah para warga untuk menyantap makanan yang telah disajikan oleh para wanita. Dimana proses dan tempat masaknya berada pada sekitar rumah yang akan dipindahkan.

Pesan moral yang terkandung dalam tradisi ini bagi masyarakat Bugis-Makassar untuk memperkuat solidaritas dalam kehidupan, menumbuh kembangkan semangat gotong royong sebagai budaya kekal masyarakat Bugis-Makassar bahkan Indonesia. Nilai-nilai kebersamaan yang besar dalam tradisi Mappalette Bola itulah yang dianggap penting dalam menjaga silaturahmi antar masyarakat. 

Sumber: Warisan Budaya Tak Benda Kemendikbud RI

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross